youngster.id - Selalu ada berkah di setiap situasi sulit. Termasuk di masa pandemi COVID-19 yang berkepanjangan ini. Di tengah krisis berkepanjangan terbukti justru mampu menjadi berkah bagi pedagang online hingga 250%.
Hal tersebut terlihat dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat sepanjang tahun 2020 terdapat 90,18% penduduk Indonesia bertransaksi online melalui e-commerce. Rinciannya, 25,72% diantaranya bertransaksi melalui marketplace. Sedangkan 65,14% lainnya melalui media sosial.
Salah satu bentuk usaha online yang tengah naik daun dan bertumbuh pesat pada masa pandemi ini adalah dropship. Bisnis dropship merupakan bisnis yang paling mudah dilakukan karena bisa dilakukan tanpa modal besar, bahkan bisa tanpa modal sama sekali.
Pengusaha dropship atau yang biasa disebut dropshipper cukup mencari pembeli dengan produk-produk dari penjual lain. Jika transaksi berhasil, dropshipper menerima persentase komisi penjualan. Praktiknya pun sederhana, dropshipper hanya perlu mengirimkan data pembeli kepada supplier untuk kemudian memproses pembelian barang yang akan dikirimkan atas nama toko dropshipper sebagai pihak kedua.
Walaupun jenis usaha dropship ini terbukti sangat potensial, namun, tetap ada faktor-faktor yang harus diperhatikan, agar usahanya berkualitas dan dipercaya oleh supplier dan buyer. Beberapa hal yang perlu diketahui usahawan agar usaha dropship-nya mampu bertahan, bahkan berkembang.
Pertama, pilih supplier yang bisa dipercaya. Hal ini adalah hal yang sangat krusial karena seluruh barang nantinya akan berasal dari supplier. Kemampuan menyaring dan menentukan kualitas suatu produk jadi skill mutlak yang harus dimiliki dropshipper. Memang mengasah kemampuan ini membutuhkan jam terbang tinggi, namun komunitas dropshipper yang saat ini sudah banyak, akan sering membagikan tips-tipsnya kepada anggota barunya.
Kedua, meskipun tidak memiliki stok barang, wajib bagi dropshipper untuk tahu jumlah stok terkini dan harga terbaru. Dengan demikian, konsumen akan percaya bahwa Anda adalah media yang cocok untuk bertransaksi. Tidak salah kalau Anda tertarik mendapat margin yang besar, namun perlu diketahui persaingan harga di e-commerce sangat ketat.
Ketiga, meskipun biasanya foto produk sudah disediakan oleh supplier, penting untuk dropshipper mempersonalisasikan barang yang dijual. Hal ini juga divalidasi oleh Permatasuri. “Sering terjadi, foto yang disediakan itu mirip dengan dropshipper lain. Baiknya sedikit luangkan waktu untuk membuat foto sendiri. Visualisasi barang jualan juga menjadi salah satu faktor kunci untuk menarik pembeli,” kata Permatasuri.
Keempat, Michael menekankan pentingnya pencatatan transaksi. “Kalau tidak dicatat, pelaku usaha tidak akan tahu bahwa mereka bertambah besar, karena yang dijual bukan barang sendiri. Terkait ini, Permatasuri menambahkan, “Seringkali dropshipper menyepelekan proses transaksi. Padahal, pencatatan transaksi menjadi salah satu kunci kesuksesan usaha. Pemisahan modal usaha dan kas pribadi biasanya jadi tantangan bagi pemula.”
Kelima, karena tidak perlu memusingkan stok barang, penjual harus lebih bisa berfokus pada pembuatan konten dan komunitas konsumen, karena ini yang menjadi unique selling proposition seorang dropshipper. Menurut pengalaman Permatasuri, membangun citra positif sebuah brand itu tidak hanya melalui konten di media sosial, tapi juga bisa melalui komunitas. Dengan adanya komunitas, seorang dropshipper bisa mengetahui dengan jelas apa yang menjadi perhatian konsumen yang berkaitan dengan produk dan layanannya.
Meski harus diakui, pada bisnis dropship kompetisinya terbilang tinggi dengan unique selling proposition relatif rendah, tetapi dropship adalah bisnis yang menjanjikan bagi pemula.
Jika ingin survive, naikkan unique selling proposition dengan tips di atas. Ketika merasa modal sudah cukup, Anda bisa mempertimbangkan untuk jadi reseller, atau bahkan distributor, dengan pengalaman menjadi dropshipper tadi. Untuk modal usaha pun, kini opsinya sudah banyak, misalnya lewat P2P lending.
MICHAEL WILLIEM – CEO Qasir
Discussion about this post