youngster.id - Menjelang puncak musim belanja akhir tahun, laporan tahunan Consumer Expectations of Mobile App Security Report dari Appdome menunjukkan meningkatnya kekhawatiran konsumen Indonesia terhadap penipuan seluler berbasis AI.
Untuk pertama kalinya Indonesia masuk dalam survei global tersebut, dengan temuan bahwa penipuan sintetis, pencurian identitas, dan serangan berbasis AI menjadi alasan utama pengguna meninggalkan aplikasi selama Black Friday dan liburan. Data industri dari NordLayer, SEON, dan Kaspersky mencatat peningkatan upaya penipuan hingga lebih dari empat kali lipat sepanjang Cyber Week.
Menurut laporan itu, 56,7% konsumen Indonesia paling waspada terhadap penipuan sintetis saat berbelanja lewat perangkat seluler, sementara 40,7% menghapus aplikasi karena khawatir terhadap pencurian identitas. Total 75,3% responden mengaku pernah meninggalkan aplikasi akibat isu keamanan atau privasi.
CEO Appdome, Tom Tovar, mengatakan perubahan teknologi mempercepat pola kejahatan digital. Menurutnya, konsumen kini ingin bukti bahwa aplikasi mampu menghentikan penipuan bahkan sebelum transaksi terjadi.
“AI mengubah lanskap penipuan lebih cepat daripada kemampuan bisnis seluler untuk merespons,” ujar Tovar, Kamis (27/11/2025).
Appdome juga mencatat bahwa pada 2025 penipuan berbasis AI—mulai dari deepfake, vishing, hingga pengambilalihan akun berbasis bot—menjadi pemicu utama meningkatnya serangan. Sebanyak 90% konsumen berharap aplikasi mampu memblokir ancaman berbasis AI, dengan 72,3% percaya aplikasi seluler benar-benar bisa melakukannya. Tekanan ini dinilai semakin besar bagi aplikasi perbankan, ritel, fintech, travel, dan logistik selama musim belanja.
Laporan tersebut menunjukkan pergeseran ekspektasi pengguna: 84,8% mengutamakan pencegahan penipuan sebelum terjadi, bukan penggantian kerugian setelahnya. Selain itu, 53,7% menilai pengembang aplikasi sebagai pihak yang paling bertanggung jawab mencegah penipuan, dan 79,2% menegaskan pentingnya perlindungan privasi.
Chief Customer Officer Appdome, Jamie Bertasi, menegaskan bahwa musim belanja adalah periode paling rawan penyerangan.
“Belanja musim liburan adalah saat penyerang paling gencar beraksi. AI membuat pelaku kejahatan dapat meniru pengguna asli, membajak sesi, dan memicu transaksi penipuan. Menghentikan serangan ini langsung di dalam aplikasi sangat penting untuk melindungi konsumen — dan pendapatan — selama musim belanja tersibuk dalam setahun ini,” papar Bertasi.
Dengan prediksi rekor transaksi seluler dari Black Friday hingga akhir Desember, Appdome menilai pengembang perlu memperkuat keamanan aplikasi untuk mengantisipasi penipuan identitas dan pengambilalihan akun yang semakin terotomatisasi oleh AI. Temuan lain menunjukkan pengguna lebih loyal terhadap aplikasi yang memberikan perlindungan kuat: 42,7% bersedia mempromosikan aplikasi aman di media sosial, 30,8% siap memberi ulasan positif, dan 98,4% mengatakan akan merekomendasikannya kepada orang lain. (*AMBS)
















Discussion about this post