youngster.id - Sebuah studi menunjukkan bahwa AI (artificial intelligence) atau kecerdasan buatan memiliki potensi untuk berkontribusi hampir US$1 triliun terhadap PDB Asia Tenggara pada tahun 2030 mendatang, di mana Indonesia diproyeksi menyumbang US$366 miliar. Tentu ini adalah peluang besar yang perlu direalisasikan bersama, demi kesejahteraan masyarakat luas.
Berbekalkan kekuatan dan keberagaman 670 juta lebih orang di Asia Tenggara, Indonesia pun dapat memulai gerakan bersama dengan negara-negara ASEAN lainnya untuk mendorong pertumbuhan sektoral di setiap negara, dengan dukungan AI sebagai copilot. Beberapa langkah awal yang dapat diambil misalnya memajukan penelitian medis untuk menciptakan terobosan yang dapat menyelamatkan hidup semakin banyak orang, meloncat tinggi di sektor pendidikan untuk berbagi lebih banyak pengetahuan, dan mengolah bahan baku untuk industri kendaraan listrik serta energi terbarukan secara lebih efektif sebagai upaya untuk mengatasi perubahan iklim.
Setidaknya dua kunci utama untuk merealisasikan potensi-potensi ini: data dan talenta digital. Selama satu tahun terakhir, kita telah melihat bagaimana pengalaman penggunaan AI generatif seperti ChatGPT dan Microsoft Copilot mulai mengubah cara kita bekerja; memungkinkan pekerja mendelegasikan sebagian pekerjaan ke AI dan mengurangi beban kerja. Kini, dengan layanan seperti Azure AI Studio, setiap orang tidak hanya dapat mengakses AI generatif, tetapi juga membangun pengalaman mereka sendiri, yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.
Membuat pengalaman AI yang terpersonalisasi memerlukan data yang sangat besar. Sebab, data adalah fondasi dari pengembangan AI. Sederhananya, output AI akan sebagus data yang membangunnya. Signifikansi dan keberagaman di Indonesia serta Asia Tenggara pun akan memungkinkan large language model AI untuk belajar dari data yang beragam dan dari orang-orang yang berbeda; memfasilitasi lebih banyak ide serta feedback, sehingga dapat berdampak positif pada peningkatan akurasi, kualitas, ataupun pengurangan bias atas output yang dihasilkan. Potensi ini akan menuntun Indonesia dan Asia Tenggara untuk melaju pesat dalam aspek ekonomi digital berbasis AI.
Di Indonesia, hal-hal itu telah mulai dicapai. Misalnya saja, pengembang properti ternama yang terus mempelopori konsep kota cerdas di Indonesia dengan menyediakan layanan informasi yang relevan dan disesuaikan untuk penghuninya, universitas yang memodernisasi pendidikan melalui pembelajaran yang dipersonalisasi dan interaktif, perusahaan telekomunikasi yang meningkatkan kepuasan pelanggan dengan menangani pertanyaan secara kontekstual dan menyelesaikannya lebih cepat dari sebelumnya, perusahaan teknologi yang mendorong penggunaan teknologi ramah lingkungan untuk meningkatkan kontribusi UMKM terhadap ekonomi hijau di Indonesia, serta startup yang meningkatkan kesadaran dan minat terhadap kendaraan listrik yang diproduksi di Semarang untuk meningkatkan kualitas udara di seluruh Tanah Air.
Contoh-contoh tersebut hanya beberapa dari banyaknya inovasi yang terus terjadi di seluruh negeri. Potensi inovasi lainnya masih banyak, terutama dengan dukungan Strategi Nasional Kecerdasan Buatan (Stratnas AI) tahun 2045 yang dirancang dengan cermat oleh Pemerintah kita.
Berbagai kapabilitas AI yang ditenagai oleh data pada prinsipnya adalah untuk membantu manusia agar bisa fokus melakukan elemen-elemen esensial dalam setiap tugas ataupun pekerjaannya; bukan menggantikan manusia. Sebab, bagaimanapun juga, AI hanya dapat bekerja dengan data yang diberikan manusia, dan dikembangkan untuk meningkatkan kompetensi manusia. Dengan peralihan fokus ini, talenta digital diharapkan akan dapat melakukan lebih banyak hal secara lebih baik dan cepat; menyelesaikan permasalahan yang lebih beragam, menciptakan hal-hal baru, dan memperluas keterampilan mereka ke area-area yang belum terpikirkan sebelumnya.
Dalam era di mana AI mengubah cara kerja dengan menjadikan kreativitas sebagai produktivitas baru dalam keseharian kita sehari-hari, setiap individu–bukan hanya pakar AI–akan membutuhkan kompetensi utama baru, seperti analytical judgement, emotional intelligence, creative evaluation, intellectual curiosity, kemampuan memberikan prompt, dan keterampilan menggunakan AI. Setiap individu juga perlu menghabiskan lebih banyak waktu untuk melakukan high-level thinking skills (HOTS), alih-alih low-order thinking skills (LOTS).
Apa maksudnya? LOTS adalah keterampilan berpikir yang berfokus pada pemahaman seputar “apa”, seperti menghafal, mengumpulkan informasi, dan mengelola data dan/atau informasi. Tidak dapat dipungkiri, saat ini LOTS masih mendominasi waktu kita. Padahal, untuk memecahkan beragam masalah dan berinovasi, kita perlu melakukan lebih banyak HOTS atau keterampilan berpikir yang fokus pada “mengapa dan bagaimana”, seperti menganalisis informasi dengan pola pikir kritis, serta membuat/menghasilkan sesuatu secara kreatif. AI generatif pun memiliki peran penting dalam menjembatani gap ini.
Itulah sebabnya, di awal tahun 2023 lalu, dengan dukungan dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Microsoft meluncurkan inisiatif Skills for Jobs Indonesia, yang dirancang untuk meningkatkan literasi digital, mengembangkan talenta digital, dan meningkatkan kesiapan kerja untuk satu juta orang di Indonesia.
Insiatif itu dilanjutkan dengan program keterampilan AI. Termasuk di antaranya Talenta AI Indonesia yang bermitra dengan Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja; Skills Our Future, sebuah kolaborasi regional dengan UNDP; serta Sertifikasi Profesional AI Generatif, melalui kerja sama dengan LinkedIn Learning. Secara keseluruhan, program-program ini berhasil menjangkau lebih dari 360.000 talenta Indonesia di sepanjang 2023, dan kami akan terus mendukung target pemerintah untuk memberdayakan 600.000 talenta digital setiap tahunnya. Diharapkan, keterampilan-keterampilan yang dibekalkan dalam program-program ini akan mendorong lebih banyak inovasi dan produksi di Indonesia.
Sejatinya, apa yang kita lihat saat ini dari AI dan AI Generatif masih pada tahap awal. Ke depannya, kemampuan pengolahan data optimal akan memungkinkan intensitas teknologi yang belum pernah kita lihat sebelumnya, yang memiliki kemampuan untuk memperkokoh ketangguhan dan memberdayakan bangsa secara keseluruhan.
DHARMA SIMORANGKIR, President Director Microsoft Indonesia