youngster.id - Pada tahun 2030, Indonesia diperkirakan akan memiliki 380 juta pengguna ponsel pintar, sementara nilai transaksi pembayaran digital diproyeksikan mencapai US$88,42 miliar pada tahun 2028. Pertumbuhan ini juga menjadikan para pelaku ritel dan konsumen sebagai target utama ancaman siber, terutama selama puncak musim belanja seperti Ramadan dan Idul Fitri.
Edwin Lim, Country Director Fortinet Indonesia, menekankan pentingnya mengamankan jaringan dan transaksi ritel. Fortinet telah mengidentifikasi peningkatan yang mengkhawatirkan dalam penipuan phishing, situs e-commerce palsu, dan skema pembayaran digital palsu yang menyasar para pembeli di Indonesia. Pelaku kejahatan siber semakin sering memanfaatkan serangan phishing berbasis AI dan data keuangan yang dicuri untuk menjalankan penipuan yang canggih, yang menimbulkan risiko bagi bisnis maupun konsumen.
Seiring dengan percepatan digitalisasi sektor ritel, konvergensi antara keamanan dan jaringan menjadi sangat krusial. Solusi seperti Fortinet Secure SD-WAN serta kerangka kerja keamanan siber berbasis AI memungkinkan pelaku ritel untuk melindungi transaksi sensitif, meningkatkan visibilitas jaringan, dan mencegah pelanggaran sebelum terjadi.
“Pelaku ritel harus menerapkan pendekatan keamanan yang proaktif, yang mengintegrasikan intelijen ancaman berbasis AI, SD-WAN yang aman, dan Zero Trust Network Access (ZTNA) untuk melindungi bisnis maupun konsumen dari risiko siber yang terus berkembang,” kata Edwin, dikutip Selasa (1/4/2025).
Seiring dengan upaya Indonesia dalam memperkuat regulasi keamanan sibernya, Fortinet terus mendukung pelaku usaha dalam memperkuat pertahanan mereka untuk mengadopsi strategi keamanan berlapis, pembaruan sistem secara rutin, dan inisiatif edukasi konsumen untuk mengurangi risiko.
“Lanskap ritel digital di Indonesia berkembang sangat pesat, dan pelaku usaha harus tetap selangkah lebih maju dari ancaman siber dengan berinvestasi pada solusi keamanan yang cerdas,” tutup Edwin. (*AMBS)
Discussion about this post