youngster.id - Kurangnya akses bahasa isyarat menimbulkan adanya kesenjangan komunikasi antara teman tuli dan teman dengar di lingkungan sekolah, tempat kerja, atau tempat umum lainya. Sebagai solusi Hear Me, aplikasi penerjemah Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo) resmi membuka layanannya bagi seluruh masyarakat.
Athalia Mutiara Laksmi, CEO Hear Me mengatakan, Hear Me hadir untuk menjembatani komunikasi antara lebih dari 16 juta Teman Tuli di Indonesia dengan Teman non-Tuli atau yang biasa disebut dengan Teman Dengar.
“Kehadiran aplikasi ini tentunya unuk menjawab kebutuhan Teman Tuli akan aplikasi yang mampu membantu mereka dalam berkomunikasi setiap harinya,” ujar Athalia di acara webinar peluncuran aplikasi Hear Me yang disiarkan secara virtual Minggu (21/2/2021).
Saat ini diperkirakan ada 16 juta penyandang tuna rungu di Indonesia. Lewat aplikasi Hear Me para teman dengar yang merekam suara atau mengetik tulisan lalu akan otomatis diterjemahkan ke gerakan bahasa isyarat dalam tampilan 3D animasi. Kedepannya akan ada fitur yang dapat mendeteksi gerakan bahasa isyaratlalu akan otomatis diterjemahkan ke suara atau teks.
“Aplikasi ini memiliki keunggulan sebagai penerjemah bahasa isyarat yang praktis dan menarik yang dikemas dalam satu aplikasi. Selain itu, aplikasi ini juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran bahasa isyarat yang sangat mudah dimengerti dan juga memiliki tampilan yang atraktif dengan tampilan 3D animasi,” katanya, saat temu media daring, Minggu (23/2/2021).
Hear Me pertama kali dirintis oleh empat mahasiswa Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB yaitu Athalia, Nadya Sahara Putri, Octiafani Isna Ariani, dan SafirahNur Shabrina pada 2019 lalu.
Aplikasi ini dilengkapi dengan 3 fitur lainnya yaitu fitur pembelajaran Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo), Hear News atau fitur berita terkini yang memuat kisah inspiratif dari penyandang disabilitas khususnya Tuli, dan fitur Transkripsi Instan yang dapat mendeteksi suara ke teks pada waktu yang sama.
Aplikasi Hear Me telah meraih berbagai penghargaan dalam kompetisi nasional daninternasional. Beberapa diantaranya: Juara untuk kategori The Most Innovative Idea di BandungStartup Pitching Day 2019, Juara 2 Swiss Innovation Challenge Indonesia 2019, Finalis 22Besar Swiss Innovation Challenge Switzerland 2019, Juara Diplomat Success Challenge X olehWismilak Foundation 2019, dan Pemenang The Transformers Summit Senegal 2019 olehIslamic Development Bank.
“Besar harapan kami bahwa tidak adalagi kesenjangan antara mereka yang Tuli dan tidak Tuli. Sehingga dapat mencapai visi dariHear Me yaitu meningkatkan dan mewujudkan nilai kesetaraan hak antara Teman Tuli danTeman Dengar. Selain itu, semoga masyarakat juga dapat lebih aware dan respect denganmempelajari bahasa isyarat melalui aplikasi ini,” pungkas Atha.
Founder Handai Tuli Surya Sahetapy mengatakan, kurangnya akses bahasa isyarat, dan adanya gap komunikasi antara Teman Tuli dan Teman Dengar ini seringkali menimbulkan kesenjangan, baik di sekolah, tempat kerja, atau tempat umum lainya.
“Tidak jarang, Teman Tuli juga kerap kali mendapatkan perlakuan berbeda karena rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya menghargai bahasa isyarat sebagai bahasa ibu, sehingga banyak dari Teman Tuli merasa dikucilkan,” ujarnya.
Surya yang kini sedang menempuh pendidikan di Rochester Institute of Technology, New York juga mengatakan, orang-orang mengira bahasa isyarat hanya untuk mengobrol saja. Padahal, bahasa isyarat bisa juga digunakan untuk pendidikan bahkan sifatnya akademisi yang menggunakan literasi yang lebih tinggi.
STEVY WIDIA
Discussion about this post