youngster.id - Dalam waktu dekat, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan akan merilis aplikasi pendidikan tersebut. Jadi begitu orang tua siswa membuka aplikasi, dia akan tahu mana sekolah yang berada di sekitarnya beserta data-datanya.
Demikian disampaikan Anies Baswedan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat membuka Indonesia Data Driven Journalism di Jakarta baru-baru ini.
Dengan aplikasi tersebut, lanjut Anies, ketika orang tua memilihkan sekolah untuk anaknya maka tidak hanya berdasarkan kata orang tetapi berdasarkan data.
Aplikasi itu juga memungkinkan siswa dan orang tua untuk dapat berinteraksi dengan sekolah.
“Kami targetkan bisa selesai pada tahun ajaran baru,” jelas Anies yang dilansir Beritasatu.com.
Dia menambahkan sejak 2001, sistem pendiidikan di Tanah Air disentralisasikan. Hasilnya dinilai kurang memuaskan, meskipun tidak ada satupun peraturan yang dilanggar.
Dengan demikian, Anies melihat bahwa hal terpenting dalam pendidikan adalah membangun ekosistem pendidikan.
“Tidak mungkin, kita akan maju kalau tidak ada interaksi antara orang tua, siswa dan sekolah.” Menurut dia, yang membuat mutu pendidikan meningkat bukanlah peraturan tetapi interaksi. Mantan Rektor Paramadina itu menjelaskan mutu buku di Tanah Air masih sangat kurang.
“Mari kita buku buku pelajaran, tidak ada satupun alamat ataupun nomor telepon penulis. Jadi bagaimana mutu buku kita meningkat, kalau antara penulis dan pembaca tidak bisa berinteraksi,” terang dia.
Ke depan, buku-buku pelajaran yang diterbitkan harus ada nomor telepon atau alamat surat elektronik dari penulis, sehingga terjadi interaksi.
Dalam kesempatan itu, Anies juga menyinggung kecilnya alokasi anggaran pendidikan di pemerintah daerah. Contohnya di Kabupaten Cirebon, hanya menganggarkan Rp50.000 per siswa setiap tahunnya. Sementara untuk Kota Cirebon menganggarkan Rp1000.000 per siswa setiap tahun.
STEVY WIDIA