youngster.id - Perusahaan teknologi Apple dan Google menciptakan alat untuk membantu manusia beraktivitas nyaman di tempat tinggalnya. Tak hanya itu, keduanya juga membuat aplikasi melacak pergerakan manusia untuk melihat pola penyebaran virus corona.
Pertama adalah fitur untuk meningatkan mencuci tangan. Pasalnya banyak orang mungkin merasa kebiasaan sederhana itu sulit dilakukan. Karena itu, Google menghadirkan fitur pengingat cuci tangan di dalam layanan Google Assistant.
Dilansir dari Google Support, Anda hanya tinggal menyerukan kalimat, ”Hey Google, bantu saya mencuci tangan.” Dengan satu kalimat itu, Google Assistant akan memutar lagu selama 40 detik untuk memandu pengguna mencuci tangan. Sebagai informasi, durasi cuci tangan yang diatur Apple dan Google ternyata melebihi rekomendasi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, yaitu 20 detik.
Demikian juga dengan Apple yang menyediakan fitur pengigat cuci tangan di dalam produk Apple Watch. Dilansir dari situs Engadget, secara umum fitur ini mengirimkan peringatan kepada Anda untuk mencuci tangan setiap tiga jam sekali. Apple Watch akan memasang timer (penghitung waktu) 40 detik untuk memastikan Anda mencuci tangan hingga bersih.
Fitur ini dapat diperoleh dengan memperbarui sistem operasi dari jam tangan digital itu ke Wear OS versi 5.4.0. Jika tidak ingin terganggu dengan peringatan ini, Anda bisa mematikannya dengan menekan ikon notifikasi.
Kedua perusahaan ini juga menghadirkan situs pelacak perjalanan penyebaran virus corona. Apple meluncurkan teknologi yang dapat mencatat perilaku perjalanan seseorang menggunakan aplikasi Maps. Data-data kemudian dipublikasikan di situs web www.apple.com/covid19/mobility. Mengutip BBC, lewat publikasi tersebut, Anda dapat melihat data presentase harian dari tiga kategori mobilitas.
Pertama, jumlah orang yang mengemudi. Kedua, jumlah orang berjalan kaki. Terakhir, jumlah orang yang menggunakan transportasi umum. Anda dapat mengakses rekaman mobilisasi dari 63 negara di seluruh dunia, merentang antara 13 Januari (10 hari sebelum lockdown pertama kali dilakukan oleh Wuhan, Tiongkok, tempat wabah ini bermula), sampai dengan saat ini.
Data pun diperbarui setiap hari dan dapat diunduh dalam bentuk dokumen pengolah angka. Dilansir dari Antara, data ini juga lebih menjamin privasi lantaran hanya mencatat pola pergerakan, tapi tidak menyimpan dan menampilkan data yang berhubungan identitas atau lokasi tempat tinggal Anda.
Namun, situs Apple ini memberikan data yang lebih terbatas ketimbang alat teknologi milik Google yang diluncurkan pada dua pekan lalu. Data mobilisasi yang diberikan oleh Google mencakup 131 negara, dua kali lebih banyak dari yang disediakan Apple. Selain itu, data Google juga mencatat lebih banyak kategori mobilisasi, seperti kunjungan ke toko, stasiun kereta, tempat rekreasi, pusat perbelanjaan, tempat kerja, dan sebagainya.
Hanya saja, data Google tidak bisa diunduh dalam bentuk dokumen pengolah kata, sebagaimana milik Apple. Data Google juga terbilang lebih lengkap, karena merekam pola pergerakan dari seluruh pengguna Android atau IPhone yang mengaktifkan fitur lokasi dan memasang aplikasi Google Maps. Sedangkan data Apple hanya dihimpun dari penggunaan aplikasi Maps untuk menunjukan arah. Tentu hal tersebut menjadi kelemahan Apple, mengingat tidak semua orang menggunakan aplikasi Maps ketika keluar rumah dan melakukan perjalanan, terutama untuk jenis mobilisasi dengan jarak dekat.
Selain itu, hadir juga aplikasi Pelacak Pasien Covid-19 Google dan Apple bekerjasama untuk menciptakan aplikasi pelacak riwayat kontak dan interaksi antar individu. Dilansir dari The Verge, pengembangan aplikasi berbasis Bluetooth ini akan dapat digunakan secara bebas oleh pengguna Android dan IOS pertengahan Mei mendatang.
STEVY WIDIA
Discussion about this post