youngster.id - Asosiasi Cloud Computing Indonesia (ACCI) baru saja meluncurkan Program Nasional Pesantren Programmer dan juga Pesantren Programmer Al Qodir yang bekerja sama dengan Pondok Pesantren Salafiyah Al Qodir. Program ini merupakan inisiatif dari ACCI untuk meningkatkan jumlah dan kualitas sumber daya manusia khususnya di bidang pemrograman.
Plt Direktur Pemberdayaan Informatikan Kemkominfo, Slamet Santoso yang hadir dalam acara peluncuran, mengaku sangat mendukung program ini. Alasannya, program ini turut mendukung Gerakan 1.000 Startup Digital Indonesia.
“Indonesia sangat membutuhkan programmer andal dari berbagai kalangan, termasuk santri. Ini sekaligus mendukung visi misi Presiden Joko Widodo mewujudkan Indonesia sebagai negara ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara,” tuturnya dalam keterangan resmi baru-baru ini di Jakarta.
Menurut Slamet, Indonesia masih membutuhkan banyak programmer dalam upaya mewujudkan cita-cita negara dengan ekonomi digital terbesar. Oleh sebab itu, Kemkominfo tidak hanya mendorong siswa SMK di bidang teknologi informasi, tapi turut mendorong kalangan santri di pondok pesantren.
Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren Al Qodir, KH Masrur Ahmad MZ menyambut baik program ini. Sebab, dapat membuka wawasan para santri dalam memahami pentingnya perkembangan teknologi informasi. “Nantinya, program ini akan diintegrasikan dengan kurikulum pesantren,” ucapnya.
Lewat kerjasama ini, ACCI akan fokus mendidik soal pemrograman, sedangkan pesantren fokus pada pendidikan moral dan agama Islam. Harapannya, program ini dapat menghasilkan programmer yang memiliki kemampuan pemrograman yang baik ditambah moral dan pendidikan agama Islam yang tidak kalah mumpuni.
Chairman ACCI, Alex Budiyanto. Ia mengatakan kebutuhan programmer terus meningkat, tapi jumlah dan kualitas sumber daya manusia belum memadai.”ACCI meluncurkan program di Pondok Pesantren Al Qodir sebagai pesantren programmer pertama di Indonesia. Saya berharap akan semakin banyak pesantren yang dapat bergabung dalam program ini,” tuturnya.
Program Nasional Pesantren Programmer ini didukung oleh Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Wantiknas), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Intel Indonesia, Microsoft Indonesia, Universitas Islam Al-Azhar, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, STMIK AKAKOM Yogyakarta, Universitas AMIKOM, termasuk Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Sementara itu, Chairman Asosiasi Pengusaha Teknologi, Informasi, dan Komunikasi Nasional (APTIKNAS) Soegiharto Santoso menyebut pendidikan teknologi informasi untuk para santri merupakan hal yang penting. “Kalau di pesantren pembelajarannya memang agama, tentu itu sebagai sebuah dasar penting bagi anak, tapi kita juga melihat potensinya sangat besar dengan dibekali pendidikan teknologi,” ujarnya.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post