Berhati-hatilah Dengan Apa Yang Anda Bagikan di Media Sosial

Hindari mempublikasikan informasi penting di media sosial. (Foto: ilustrasi/istimewa)

youngster.id - Memberikan terlalu banyak informasi di media sosial dapat memudahkan pelaku kejahatan siber mengumpulkan informasi tentang Anda. Laporan berjudul Making Sense of Our Place in Digital Reputation Economy mengungkapkan beberapa jenis informasi pribadi yang dianggap kritikal bagi para pengguna media sosial di Asia Tenggara.

Informasi keuangan, seperti detail kartu kredit atau debit, menempati urutan teratas dengan mayoritas (76%) dari 861 responden di wilayah tersebut mengungkapkan bahwa mereka ingin menjaga data keuangan dengan baik dari internet.

“Krisis kesehatan yang terjadi telah mempercepat upaya non-tunai di Asia Tenggara dengan signifikan, paralel dengan perubahan offline-ke-online dari sebagian besar aktivitas di kawasan ini sejak tahun lalu. Fenomena ini patut disambut dengan baik melihat para pengguna kini mulai mempertimbangkan data mana yang dapat mereka bagikan dan yang tidak secara online,” komentar Chris Connell, Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky dalam keterangannya, Senin (3/4/2021).

Selain itu, responden dari Asia Tenggara hampir dengan suara bulat mengungkapkan khawatir jika data berharga ini akan dilihat atau dicuri oleh para pelaku kejahatan siber (73%) dan orang tidak dikenal secara online (61%).

“Sebagian besar masyarakat kini juga menyadari bahwa para pelaku kejahatan siber dan orang asing seharusnya tidak pernah boleh mendapatkan informasi penting tersebut. Namun bagaimanapun, kesadaran online juga harus dapat dibuktikan dengan tindakan,” kata Connell  lagi.

Sementara sebagian besar (71%) responden di Asia Tenggara menggunakan kata sandi untuk melindungi laptop atau ponsel mereka, hanya 5 dari 10 (54%) yang memeriksa dan mengubah pengaturan privasi perangkat, aplikasi, atau layanan yang digunakan dan hanya 4 dari 10 ( 47%) menghindari penggunaan perangkat lunak dan aplikasi ilegal atau bajakan.

Survei yang sama, yang dilakukan pada November 2020 lalu, juga mengungkap bahwa hanya setengah (53%) responden dari wilayah tersebut telah memasang perangkat lunak keamanan internet di perangkat mereka.

“Sebagai wilayah dengan pertumbuhan tercepat di Asia Pasifik dalam hal adopsi internet kami melihat bahwa ini menjadi awal dari perjalanan digital Asia Tenggara. Dapat dimaklumi bahwa beberapa orang mungkin masih merasa takut dan tidak yakin ketika mereka menggunakan layanan seperti pembayaran digital karena relatif baru, dan ya, tentu segala jenis perubahan ada risikonya. Inilah mengapa sangat penting untuk mewujudkan kesadaran dalam bentuk tindakan,” tambah Connell.

Untuk memaksimalkan privasi online Anda terjaga dengan baik, ada baiknya untuk :

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version