youngster.id - Dalam beberapa tahun terakhir, bekerja jarak jauh telah terakomodir dengan makin menjamurnya co-working space. Namun kini, para pekerja jarak jauh mulai mencari pilihan tempat tinggal lain yang juga dapat menghadirkan fasilitas serta nuansa komunitas.
Keyakinan tersebut didorong oleh hasil survei Buffer pada tahun 2019 yang menyatakan kalau 84% pekerja jarak jauh nyatanya masih memilih untuk melakukannya di rumah mereka. Dari situ, ‘saudara jauh’ co-working, yaitu co-living, bisa menjadi suatu tren baru di masa yang akan datang dengan menyediakan ‘kombinasi’ yang sesuai bagi populasi pekerja jarak jauh yang sedang bertumbuh pesat.
Akash Mulani, Flokq Advisior and Director Real Estate Investment Firm, di Australia mengatakan cerahnya bisnis co-living di masa depan juga sudah diprediksi sebelumnya. Tak heran melihat keadaan itu, banyak pelaku industri ini sedang menggodok konsep bisnis baru setelah melihat dampak pandemi saat ini.
“Kami sangat yakin akan masa depan co-living terkait kondisi masyarakat dan ekonoi saat ini yang terdampak COVID-19. Kegiatan isolasi mandiri yang saat ini banyak dilakukan masyarakat berarti akan mengurangi interaksi manusia dan dapat menurunkan kualitas kesehatan mental.” kata Akash melalui keterangan pers nya Sabtu (9/5/2020).
Belum lagi, dengan kemunculan co-living telah membantu banyak kaum millennial memecahkan permasalahan hunian tak fleksibel ataupun berharga sewa mahal.
Lebih dari itu, saat ini co-living juga menyediakan berbagai event serta fasilitas umum yang dapat membantu terbangunnya jalinan hubungan antar penghuninya. Di kala banyak pekerja didorong untuk bekerja di rumah, mereka yang tinggal di lingkungan co-living justru tidak perlu mengorbankan kenyamanan semasa bekerja karena tetap dimungkinkan untuk menjaga komunikasi serta kondusivitas kerja di dalam ruang komunal.
“Dengan co-living, orang-orang mendapat kesempatan untuk menjaganya tetap stabil sambil tinggal di dalam rumah. Dengan kebijakan WFH yang kian menjadi umum, masyarakat membutuhkan ruang untuk dirinya bekerja, teman yang dapat diandalkan karena memiliki persamaan minat dan latarbelakang, atau tentunya ruang dengan biaya sewa ringan per bulannya,” tambah Akash.
Lebih jauh, ia mengungkapkan ibandingkan dengan kost-kostan, co-living dapat menjamin semua kualitas itu.
“Karena Co-living dan Co-working dalam gedung yang sama, adalah sebuah konsep baru yang sedang kami jajaki dalam beberapa tahun ini. Kami berencana meluncurkannya dalam 12 atau 24 bulan ke depan,” pungkas Akash .
Dengan bekerja bersama operator seperti Flokq, pemilik properti juga terlepas dari tingginya pengeluaran ataupun resiko turnover. Seluruh hal tersebut akan sepenuhnya ditangani oleh operator. Seiring makin banyaknya pekerja jarak jauh yang mengidamkan perpaduan antara kenyamanan hidup serta kemampuan untuk melakukan networking layaknya ruang kerja tradisional, tentu potensi keuntungan yang mungkin diraih oleh pemilik properti dan investor juga akan semakin melangit.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post