youngster.id - Belakangan ini Bank di Indonesia telah memanfaatkan Biro Statistik Lokal, perusahaan Telekomunikasi dan penyelenggara e-Commerce untuk data dalam melakukan pemeriksaan kredit dan penipuan. Namun kenyataannya data masih terus terfragmentasi dan belum dapat diandalkan sehingga banyak terdapat pinjaman bermasalah, tingkat persetujuan pinjaman yang rendah dan kasus penipuan yang marak.
Berangkat dari itu GBG perusahaan teknologi global dalam Manajemen Fraud dan Compliance, Verifikasi Identitas, dan Intelijen Data berbasis lokasi menjalin kemitraan teknologi dengan CredoLab, pengembang terkemuka Teknologi Skor Digital untuk Bank berdasarkan metadata dari ponsel. Dengan kerjasama ini diharapkan dapat memadukan manajemen risiko dengan teknologi digital (AI) dalam menilai kelayakan kredit dengan mudah, dengan daya jangkauan luas ke setiap orang di Indonesia, termasuk yang tidak memiliki rekening bank dan yang tidak memiliki riwayat kredit (unbanked population).
“Penggabungan antara Penilaian Kredit Ponsel dan Teknologi Manajemen Fraud Digital dalam satu layanan ini membantu bank-bank digital dan pemberi pinjaman, dalam menyasar populasi masih belum tersentuh layanan finansial (unbanked) secara penuh dan lebih baik,” kata June Lee, Managing Director GBG APAC dalam keterangannya, Jumat 919/6/2020).
Hasil dari kemitraan ini akan meningkatkan kemampuan prediksi Kartu Skor Risiko hingga 39,9%, penurunan biaya risiko hingga 21,9%, dan peningkatan tingkat persetujuan kredit hingga 32%.
Kemitraan ini akan membantu Bank konvensional dan Bank digital untuk memanfaatkan jejak digital ponsel dalam memproses aplikasi perbankan dan kredit yang diajukan konsumen, terutama menyediakan akses keuangan bagi para konsumen di Indonesia yang selama ini belum tersentuh layanan bank dan kredit (unbanked) termasuk para pekerja paruh waktu.
Data menunjukkan 92 juta orang Indonesia yang belum atau tidak memiliki akses ke produk keuangan (unbanked). Itu karena kurangnya catatan atau riwayat bank atau memiliki pekerjaan penuh waktu tanpa bukti gaji. Dan hal ini tidak hanya terbatas pada individu, jutaan perusahaan kecil dan menengah juga menghadapi kesenjangan pendanaan yang besar.
“Solusi GBG akan menunjukkan perilaku mencurigakan dari calon nasabah yang “tidak dapat atau tidak mampu membayar”, dan Skor Risiko perilaku CredoLab, akan memperkecil kemungkinan dan potensi calon nasabah nakal yang cenderung tidak memiliki minat untuk membayar cicilan kredit,” jelas Peter Barcak, CEO dan Co-Founder, CredoLab.
Saat ini GBG telah bekerja sama dengan 4 bank Tier 1 (BUKU 4) di Indonesia dan memiliki implementasi aktif di lebih dari 30 negara; CredoLab telah memberikan Layanan Skor Risiko Kredit kepada 7 bisnis pinjaman di Indonesia dan 70 institusi keuangan lainnya di 21 negara.
Kemitraan ini akan memungkinkan semua bank di Indonesia baik konvensional dan digital serta pemberi pinjaman digital untuk dapat mengakses populasi masyarakat yang belum tersentuh layanan bank dan kredit (unbanked), memberi persetujuan pada calon nasabah berkualitas dengan data yang diperlukan untuk mempercepat orientasi, mendeteksi fraud, dan mengurangi biaya operasional.
STEVY WIDIA