youngster.id - PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) bergabung dengan program 1.000 startup Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Kerjasama ini diharapkan dapat membangun bekerjasama dengan industri financial technology (fintech).
Direktur Pengembangan Bisnis dan Teknologi Informasi Bukopin Adhi Brahmantya, menuturkan dengan menggaet fintech menjadi bagian dalam rencana perseroan untuk membangun digital banking yang baru dimulai pada Desember 2016.
“Karena di luar sana sudah ada fintech yang kaya akan teknologi dan punya beragam produk. Maka kami masuk dengan mengikuti program 1.000 startup,” tutur Adhi dalam siaran pers Senin, (7/8/2017).
Adhi mengungkapkan, selama ini proses digitalisasi layanan perbankan Bukopin masih banyak dilakukan melalui payment point online bank (PPOB), Swamitra, dan branchless banking.
Dengan merealisasikan dukungannya ke industri fintech, Bukopin sampai membentuk unit khusus yang bertugas mendidik dan berpartner dengan fintech. Bahkan bank ini siap meluncurkan Tabungan Woke, sebuah produk berbasis digital untuk kebutuhan pembukaan tabungan secara online.
“Sasarannya adalah generasi X-Y dan millenial yang ke depan menjadi pihak yang very consumption dengan kebutuhan belanja online,” imbuh Adhi.
Selain itu, lanjut Adhi, Bukopin juga bekerjasama dengan fintech berbasis peer to peer lending (P2P) yang terdiri dari tiga macam, yakni produktif, P2P dan crowdfunding, serta socialpreneur. Dengan keputusan-keputusan ini, Adhi berharap, kerjasama yang terjalin bisa menghasilkan tambahan pendapatan berbasis komisi alias fee based income.
Karena nanti akan membentuk virtual account, cash management, dan pooling fund,” jelasnya.
Agar rencana-rencana itu berjalan mulus, Bukopin telah menyiapkan anggaran kebutuhan modal hingga Rp 500 miliar, khususnya untuk memodernisasi core banking sehingga platform berubah menjadi open source.
Hingga Juni 2017, fee to income ratio Bukopin lebih tinggi dibandingkan Industri, menunjukkan bahwa komposisi pendapatan operasional bank lebih solid. Fee based income perseroan naik 10,5 persen dari Rp 667 miliar menjadi Rp 738 miliar. Core fee base income berasal dari kartu kredit, transaksi treasury dan layanan publik.
STEVY WIDIA
Discussion about this post