youngster.id - Pandemi mengacaukan mata pencaharian dan membuat perhatian tertuju pada berbagai masalah sosial. Untuk itu, DBS mengumumkan akan mengucurkan tambahan dana sebesar SG$100 juta untuk meningkatkan kegiatan DBS Foundation dalam menumbuh kembangkan wirausaha sosial, serta berbagai upaya filantropi dan bantuan krisis.
Dana tambahan SG$100 juta itu tidak hanya memungkinkan bank dan DBS Foundation meningkatkan dukungan untuk bisnis berdampak sosial, tetapi juga berbuat lebih banyak untuk mengatasi masalah sosial yang semakin mendesak di kawasan tersebut.
Dengan Covid-19 menimbulkan gejolak keuangan dan ekonomi di seluruh dunia, pentingnya literasi keuangan sangat mendesak, namun tingkat literasi keuangan tetap rendah di banyak negara Asia. Hal lain yang juga memprihatinkan adalah “kesenjangan digital” semakin lebar di Asia Tenggara, dengan pandemi mempertegas ketimpangan antara penduduk yang sudah menikmati akses ke teknologi internet serta mereka yang belum memiliki akses tersebut.
“Covid-19 menggarisbawahi pentingnya agenda ESG (environmental, social, governance). Kami sedang membangun ‘E’ ke dalam jalinan bisnis kami, tetapi masalah terkait ketidaksetaraan juga sama penting. Selama bertahun-tahun, kami memberikan kembali kepada masyarakat dalam berbagai cara, seperti, menyediakan perbankan inklusif, mengadvokasi usaha kecil yang menciptakan dampak sosial, serta mendukung gerakan masyarakat. Dengan komitmen tambahan SG$100 juta, kami dapat meningkatkan upaya menciptakan kebaikan sosial dan membantu membuka jalan bagi dunia lebih adil,” terang Piyush Gupta, Chief Executive Officer DBS Bank, dalam keterangan resminya, Rabu (16/2/2022).
Secara terpisah, berbagai kajian memperkirakan bahwa seperempat orang Asia akan memasuki usia 60 tahun ke atas pada 2050, memicu kekhawatiran tentang kemungkinan dampak sosial-ekonomi dari penduduk Asia yang menua dengan cepat. Pada saat sama, sampah makanan, yang merupakan penyumbang utama perubahan iklim, tetap menjadi masalah untuk kawasan itu: sepertiga dari makanan yang dihasilkan secara global hilang atau terbuang, dan lebih dari setengahnya terjadi di Asia, tempat lebih dari setengah penduduk dunia kekurangan gizi berada.
Sementara itu, Euleen Goh, Ketua DBS Foundation mengatakan, selama bertahun-tahun DBS Foundation membangun rekam jejak kuat dalam membantu wirausaha sosial untuk berkembang.
“Sungguh memuaskan melakukan perjalanan bersama-sama dengan bisnis berdampak sosial ini. Kisah keberhasilan mereka adalah bukti bahwa bisnis dapat berjalan dengan baik bersamaan dengan upaya meningkatkan kehidupan dan/atau membantu melestarikan bumi. Kami berharap dapat menciptakan dampak bersama lebih besar dengan tidak hanya memberdayakan bisnis berdampak sosial, tetapi juga bekerja dengan masyarakat luas, dengan fokus pada pendidikan, lansia, dan lingkungan,” kata Euleen.
Selain mendukung perluasan lingkup DBS Foundation, dana tersebut juga dapat digunakan untuk mendukung prakarsa filantropi lain, di samping bantuan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan selama masa sulit. Pada saat pandemi mulai merebak pada 2020, DBS membentuk DBS Stronger Together Fund dengan dana SG$10,5 juta dan menyediakan 4,5 juta paket makanan dan perawatan, serta peralatan medis, untuk membantu masyarakat terdampak Covid-19.
Saat upaya melawan Covid-19 berlangsung sengit pada 2021, DBS menyumbangkan 1.000 konsentrator oksigen ke Indonesia, dan tiga tabung oksigen kriogenik serta 300 konsentrator oksigen ke India. DBS juga memiliki program sukarelawan aktif, dengan karyawan menyumbangkan 100.000 jam kerja sukarela dan menjangkau lebih dari 390.000 penerima manfaat pada 2021.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post