youngster.id - Industri teknologi dihantam badai krisis yang bertubi-tubi selama dua tahun terakhir. Valuasi perusahaan startup yang melemah, kelesuan ekonomi dunia, tekanan inflasi tanpa henti, dan potensi resesi global membayangi sektor ini.
Kendati begitu, East Ventures tetap berinvestasi pada para founder berbakat, dan menciptakan dampak positif bagi ekosistem. Kemampuan beradaptasi tinggi dan kerja tim adalah kuncinya.
East Ventures secara konsisten mendukung dan membimbing secara intensif kepada para founder melalui beberapa inisiatif dan platform yang menjadi wadah untuk berbagi pengalaman dan wawasan dalam membantu mereka mengelola bisnis di masa sulit. Dari 90% startup yang berada dalam tahap lanjutan (growth stage) dalam portofolio East Ventures, 30% berada di jalur menuju profitabilitas, 60% sudah menghasilkan profit, dan 10% sisanya masih berusaha untuk beradaptasi.
Roderick Purwana, Managing Partner East Ventures mengklaim, kepercayaan para investor (Limited Partners/LPs) terhadap strategi investasi East Ventures juga semakin kuat. Tahun lalu, pihaknya berhasil menutup tiga dana baru.
Pada Mei 2023, East Ventures berhasil mengantongi US$250 juta dari penutupan pertama dan terakhir dari dana Growth Plus. Dana ini ditujukan untuk mendukung perusahaan portofolio tahap lanjutan (growth stage) dalam ekosistem East Ventures yang berpotensi tinggi.
“Lima bulan kemudian, kami mengidentifikasi adanya peluang membangun koridor investasi antara ekosistem bisnis di Asia Tenggara dan Korea Selatan, dan akhirnya mengumumkan ‘East Ventures South Korea fund in partnership with SV Investment’ senilai US$100 juta. Dana ini diharapkan mencapai penutupan perdana pada semester pertama 2024,” ujar Roderick, Rabu (3/1/2024).
Baru-baru ini, East Ventures mengumumkan dana pertama yang berfokus pada layanan kesehatan (Healthcare) sebesar US$30 juta yang didedikasikan untuk mendorong solusi layanan kesehatan inovatif di Indonesia. East Ventures Healthcare fund akan memainkan peran penting dalam mendorong dan mengkatalisasi inovasi layanan kesehatan di Indonesia.
Dengan total penggalangan dana US$380 juta dari berbagai jenis dana, East Ventures menunjukkan komitmen kuat pada tiga hal utama: diversifikasi sektor, kolaborasi regional, dan membangun Asia Tenggara yang produktif dan sehat untuk saat ini, esok, dan generasi mendatang.
Perlombaan belum selesai. Sebagai pemain aktif, East Ventures terus berinvestasi pada para founder berkualitas tinggi dan tetap cermat melihat situasi. Pada tahun 2023, East Ventures berhasil menyelesaikan 63 deal, menyambut 29 perusahaan portofolio baru dan menginvestasikan hampir US$80 juta ke perusahaan portofolio tahap awal (seed) dan lanjutan (growth). Investasi tersebut tersebar di berbagai sektor, termasuk perusahaan pendukung e-commerce, biotech, Software as a Service (SaaS), kendaraan listrik, teknologi iklim, dan banyak lagi.
Memperkuat ekosistem digital dan melangkah lebih jauh
Komitmen East Ventures untuk memajukan daya saing digital Indonesia telah tercermin dengan berbagai inisiatif yang telah dilakukan selama berdiri.
Willson Cuaca, Founding Partner East Ventures menyebutkan, pada tahun lalu pihaknya meluncurkan East Ventures – Digital Competitiveness Index 2023, edisi ke-4 sejak 2020. Laporan ini mencakup daya saing digital di 38 provinsi dan 157 kota/kabupaten di Indonesia, dengan skor median 38,5. Ini merupakan peningkatan signifikan dari tahun-tahun sebelumnya: 35,2 (2022) dan 32,1 (2021). Laporan ini membuktikan bahwa adopsi digital semakin merata di semua provinsi.
East Ventures juga optimis pada ketangguhan ekonomi kawasan Asia Tenggara. Dengan total Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) senilai US$4 triliun, populasi 650 juta jiwa, lebih dari 70 juta bisnis kecil dan menengah, serta potensi peningkatan ekonomi sebesar US$20 miliar, Asia Tenggara menawarkan peluang investasi yang menarik di berbagai negara. Sebagai contoh, Indonesia dan Thailand unggul dalam manufaktur otomotif.
“Kolaborasi mereka — Indonesia menyediakan baterai listrik dan Thailand memproduksi komponen otomotif — dapat menciptakan strategi terpadu dan menarik investasi signifikan untuk membangun ekosistem kendaraan listrik regional,” ujar Wilson.
Menyadari pentingnya ASEAN yang terintegrasi, venture capital berkontribusi dalam mempromosikan kerja sama melalui ASEAN-Business Advisory Council (ASEAN-BAC) 2023, yang berfokus untuk mendorong transformasi kawasan melalui inovasi dan kesetaraan dalam berbagai program prioritas seperti Transformasi Digital, Pembangunan Berkelanjutan, Ketahanan Kesehatan, Fasilitasi Perdagangan, dan Ketahanan Pangan. Perusahaan ini secara proaktif terlibat dalam dua program prioritas: Fasilitas Perdagangan dan Investasi dan Pembangunan Berkelanjutan.
Program-program ini diperkuat dengan beberapa proyek (Legacy Project) untuk memastikan keberlangsungan dampaknya di masa depan. Program Fasilitasi Perdagangan dan Investasi bertujuan untuk mengatasi kesenjangan perdagangan intra-regional dengan mengurangi Hambatan Non-Tarif, menyeimbangkan perdagangan dengan mitra, dan menjajaki peningkatan pada perjanjian perdagangan bebas. Oleh karena itu, proyek ASEAN Business Entity (ABE) dibentuk untuk memperkuat investasi intra-ASEAN dengan menawarkan manfaat yang didedikasikan untuk mendorong reformasi penting dalam perdagangan dan investasi di ASEAN.
“Sejalan dengan komitmen kami untuk mencapai emisi nol bersih (net zero) pada tahun 2050, kami berpartisipasi dalam Carbon Centre of Excellence (CCOE) dalam memberdayakan bisnis ASEAN untuk menavigasi pasar karbon secara efektif. CCOE membuat kerangka kerja bersama untuk tujuan net zero dan berbagi pengetahuan tentang solusi berbasis alam dan perdagangan karbon lintas pasar,” tambah Wilson.
Untuk mencapai tujuan itu, East Ventures telah melakukan beberapa inisiatif baru dan berkelanjutan di tahun 2023. Antara lain meluncurkan Sustainability Report kedua yang menyoroti langkah proaktif kami terkait aksi iklim. Bersama Temasek Foundation, meluncurkan kompetisi pitching startup teknologi iklim terbesar dan pertama di Indonesia, Climate Impact Innovations Challenge (CIIC). Program ini menerima lebih dari 330 pendaftar dari Asia Tenggara dan sekitarnya, dan empat perusahaan juara dipilih dari empat trek: Energi Terbarukan, Pangan dan Pertanian, Mobilitas, dan Kelautan.
East Ventures secara aktif terlibat dalam inisiatif berdampak dengan mendorong konservasi hutan dan wisata alam di Taman Nasional Komodo, seperti penanaman 5.000 pohon bakau, revitalisasi fasilitas wisata, dan Bersih Bersih Bajo – sebuah inisiatif membersihkan sampah di pantai yang berkolaborasi dengan Rekosistem serta pemerintah dan komunitas lokal.
Inisiatif lainnya adalah proyek F2DT BAG 22. Founders 2-Day Trip Bag 22 (F2DT Bag 22) liters ini adalah ransel yang dirancang khusus untuk para founder atau siapapun yang memiliki mobilitas tinggi dan sering melakukan perjalanan dua hari. Proyek ini memberdayakan para pemangku kepentingan: meningkatkan kemampuan tim internal kami, berkolaborasi dengan UKM lokal, dan bermitra dengan masyarakat lokal, untuk memperkuat dampak lingkungan kami. Dari 250 F2DT BAG 22 yang terjual, kami telah menanam 1.250 pohon mangrove di Semarang Mangrove Center, Jawa Tengah, Indonesia.
Pada bulan November 2023, East Ventures berkontribusi dalam “Gerakan Tanam Pohon Bersama”, sebuah proyek kolaborasi antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Presiden Republik Indonesia. Melalui gerakan ini, kami telah menyumbangkan 200 pohon mahoni untuk membantu mengurangi polusi udara di Jakarta.
Di bidang kesehatan, East Ventures aktif dalam beberapa inisiatif. Antara lain menerbitkan white paper, “Genomics: Leapfrogging into the Indonesian healthcare future”, bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Ini juga membuka jalan untuk program akselerasi Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan, “Health Innovation Sprint Accelerator 2023 in collaboration with East Ventures”.
Dukungan East Ventures terhadap Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi) yang dimulai sejak tahun 2022 terus berlanjut. Tahun 2023, kami menyumbangkan reagen dan bahan habis pakai (consumables) senilai Rp 1.022.395.458 untuk proses sequencing di BGSi.
Langit berawan tapi cerah, melaju dengan cermat dan fokus
Beberapa tahun terakhir, situasi terasa menantang – seolah menatap langit mendung tanpa sinar matahari.
Namun, Roderick mengatakan, ada beberapa indikasi yang membuatnya optimis. Bank Sentral Amerika Serikat (AS) berpotensi menurunkan suku bunga acuan pada tahun 2024, memberi harapan pertumbuhan ekonomi AS lebih tinggi. Hal ini bisa menjadi ‘angin segar’ bagi industri teknologi. Ibarat melihat secercah langit biru di antara awan tebal – sesuatu yang menjanjikan.
Meski begitu, ketegangan geopolitik di beberapa wilayah masih berpotensi menimbulkan gejolak pasar yang besar. Selain itu, momen pemilihan umum di Amerika dan Indonesia yang semakin dekat mengakibatkan jalan ke depan masih butuh kewaspadaan dan fokus.
“Sebagai pemain handal, East Ventures tetap fokus dan mawas diri di tengah situasi saat ini. Memasuki 2024 pasti banyak ketidakpastian. Ketegangan geopolitik di beberapa negara dan ketidakstabilan ekonomi global menyebabkan volatilitas yang besar. Namun, kami melihat tanda-tanda positif. Kami tetap waspada, memantau dengan cermat, dan fokus pada tujuan kami terlepas dari fluktuasi eksternal,” kata Roderick.
Tahun ini, East Ventures memasuki tahun ke-15. East Ventures mulai membangun ekosistem digital di Indonesia pada tahun 2009 ketika belum banyak yang melihat potensi besar dari rendahnya penetrasi internet di Indonesia saat itu. Dengan populasi besar lebih dari 270 juta jiwa dan sebagian besar masuk dalam kategori usia produktif, ekonomi digital Indonesia telah tumbuh pesat dengan penetrasi ponsel mendekati 80%. Indonesia telah menjadi penggerak ekonomi di ASEAN dan Asia Tenggara.
Strategi East Ventures tetap sama: mengidentifikasi dan berinvestasi pada founder dan peluang terbaik, terlepas dari kondisi baik atau buruk. Selain itu, meski melihat banyak prospek investasi di berbagai sektor, termasuk iklim (seperti transisi energi dan proyek terkait iklim), kesehatan, dan rantai pasokan, East Ventures terus berinvestasi secara agnostik.
Dalam 10 tahun ke depan, Indonesia akan memasuki era dividen demografi dini dan akan mencapai puncaknya sekitar 20 tahun dari sekarang. Pada saat itu, hampir 206 juta orang akan berada dalam usia produktif dan secara teoritis mampu menghidupi tanggungan mereka. Mayoritas angkatan kerja dalam 10 hingga 20 tahun ke depan adalah generasi digital yang dipimpin oleh Generasi Z dan didukung oleh generasi Milenial yang matang. Sebagian besar penduduk produktif memasuki usia dewasa.
Kondisi ini memberikan peluang sekali seumur hidup untuk mengubah Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi dan mendorong munculnya peluang bisnis baru.
“Apakah generasi mendatang ini dapat mencapai visi Indonesia Emas 2045 atau menjadi beban demografi, itu tergantung pada kesiapan kita untuk bersiap dan bertindak sekarang,” pungkas Willson. (*AMBS)
Discussion about this post