youngster.id - YOUNGSTERS.id – Komoditas pangan lokal ternyata bisa menjadi potensi pengembangan agroindustri di Indonesia. Hal inilah yang terus dikembangkan prodi Teknologi Industri Pertanian (TIN) FTIP Universitas Padjadjaran. Mengusung tagline “The Local Enablers”, prodi ini mendorong para mahasiswanya untuk mengembangkan sektor technopreneur berbasis pangan lokal.
Warid Ali Qosim, Guru Besar Fakultas Pertanian Unpad mengatakan, Indonesia memiliki potensi sangat besar dalam pengembangan agroindustri berbasis pangan lokal. Potensi ini yang mendorongnya untuk meneliti potensi buah manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai salah satu komoditas pangan lokal Indonesia.
“Ini bisa menjadi dorongan bagi mahasiswa TIN Unpad untuk mengembangkan produk olahan dari buah manggis,” ujar Prof. Warid saat menjadi pembicara pada Kuliah Pembuka Semester Genap 2015/2016 prodi TIN Unpad, Senin (15/02) di Bale Santika Unpad Kampus Jatinangor, dikutip dari laman Unpad.
Warid mengatakan, manggis menjadi komoditas ekspor buah segar tertinggi di indonesia. Buah yang mendapat julukan “queen of tropical fruit” di luar negeri ini juga kaya dengan khasiat dan sering menjadi bahan obat herbal.
Bersama dosen lain yang tergabung dalam kelompok Academic Leaderships Grant (ALG), ia melakukan penelitian mengenai pengembangan buah manggis yang mencakup karakterisasi seleksi pohon induk, teknologi budidaya, kandungan kulit, daging, dan biji, efektivitas kandungan farmakologi, serta pengembangan industi produk olahan. Kelompok ini pun menjadikan sentra produksi buah manggis di desa Puspahyang Tasikmalaya sebagai desa binaan Unpad.
“Selama ini TIN Unpad sudah menghasilkan produk mango puree dari mangga gedong, kita harapkan ke depan juga dihasilkan semacam produk mangosteen puree,” katanya.
Sementara itu, Gustaff H. Iskandar, peneliti agroindustri kopi, juga meneliti mengenai potensi kopi yang dikembangkan di Desa Kasepuhan Ciptagelar. Menurutnya, kopi yang ditanam di lahan Ciptagelar memiiki masa panen yang jauh lebih cepat dibanding kopi di wilayah lainnya. Masa panen kopi di Ciptagelar berkisar antara 8 bulan – 1 tahun, sedangkan kopi di wilayah lain memiliki waktu 2,5 tahun dari pertama ditanam.
Jenis biji kopi yang ditanam di Ciptagelar diantaranya: robusta, liberika, serta arabica yang baru ditanam secara massal pada 2015.
Gustaff berencana mendorong kemampuan masyarakat Ciptagelar untuk memproduksi kopi dengan kualitas terbaik. “Kita harapkan masyarakat Ciptagelar dapat berkolaborasi dengan teman-teman TIN Unpad supaya bisa mengembangkan kopi-kopi kualitas terbaik di Jawa Barat,” kata Gustaff.
Sedangkan Asri Peni Wulandari, dosen prodi Biologi FMIPA Unpad mengembangkan biomassa ramah lingkungan dari limbah tanaman rami. Limbah tanaman rami (Boehmeria nivea) diolah menjadi biobriket sebagai bahan bakar alternatif pengganti LPG. Biobriket ini dihasilkan melalui proses bioteknologi dan menggunakan beberapa jenis mikroba. Biobriket ini diharapkan dapat mengatasi masalah kelangkaan LPG di pedesaan.
Penelitian ini telah mendapatkan hibah Dana Riset, Inovatif, Produktif (Rispro) dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) tahun 2014 selama 2 tahun. Penelitian ini juga melibatkan dosen dari berbagai program studi, termasuk dosen dari FTIP Unpad untuk menguji kelayakan bisnis serta pengembangan konsep produk yang bisa dikomersialkan.
Konsep “Technopreneur” dan “The Local Enablers” sendiri telah diimplementasikan dalam aktivitas akademik prodi TIN. Irfan Ardiansah, koordinator prodi TIN mengatakan, menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), pengembangan olahan pangan lokal menjadi salah satu potensi peningkatan daya saing Indonesia.
ANGGIE ADJIE SAPUTRA
Editor : STEVY WIDIA
Discussion about this post