youngster.id - Berdasarkan data dari UN Women, ada 57% perempuan yang merasa cemas akan keamanan saat pandemi Covid-19. Peduli akan hal itu, perusahaan layanan on-demand Gojek meluncurkan dua aksi untuk mengantisipasi upaya kekerasan seksual terhadap perempuan.
Gojek membangun zona aman di Stasiun Sudirman, Stasiun MRT Lebak Bulus, dan Stasiun Bekasi. Gojek juga akan menambah zona aman di Bogor, Bandung, dan Surabaya mulai pertengahan Maret 2021. Tujuannya untuk menyediakan ruang yang ramah terhadap perempuan. Zona tersebut memanfaatkan ratusan shelter atau titik jemput Gojek.
“Bagi Gojek, keamanan dan keselamatan adalah prioritas utama di dalam ekosistem kami, termasuk pengguna dan driver perempuan. Sejak awal beroperasi kami telah mempelopori inisiatif untuk meningkatkan standar keamanan layanan transportasi, termasuk dengan meluncurkan inisiatif #AmanBersamaGojek pada 2020,” kata Josefhine Chitra, Senior Manager Public Affairs Gojek dalam keterangannya baru-baru ini.
Gojek mengembangkan zona aman mengacu pada kajian bertajuk “After Dark: Encouraging Safe Transit for Women Travelling at Night” dari UN Women dan Pulse Lab Jakarta. Kajian itu menyebut bahwa perempuan mengalami kerentanan saat berpergian di malam hari,” ujarnya. Apalagi, berdasarkan data internal Gojek, 55% pengguna GoCar dan GoRide pada malam hari merupakan perempuan. Selain zona aman, Gojek mengadakan pelatihan call center dan unit darurat yang diberikan oleh UN Women.
Selain dua aksi baru itu, Gojek sudah terlebih dahulu membekali kemampuan platformnya dengan teknologi yang memberikan perlindungan terhadap upaya kekerasan seksual. Gojek misalnya mempunyai fitur verifikasi muka, penyamaran nomor telepon, bagikan perjalanan, hingga tombol darurat. Teknologi tersebut memanfaatkan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).
Head of Program UN Women Dwi Yuliati Faiz mengatakan, inisiatif itu diperlukan agar perempuan merasa aman ketika beraktivitas selama pandemi Covid-19. Hal ini berdasarkan riset dari UN Women pada 2020, ada 57% perempuan yang merasa stres dan cemas saat pandemi. Persentase kecemasan perempuan selama pandemi lebih tinggi dibandingkan laki-laki yang mencapai 48%.
Belum lagi, perempuan rentan terhadap tindakan kekerasan. Ada satu dari tiga perempuan di usia 15-64 yang mengalami kekerasan dalam hidupnya baik oleh pasangan maupun bukan pasangan. Pada 2019, jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan kepada Komnas Perempuan hanya sebanyak 431.471.
STEVY WIDIA
Discussion about this post