ICAEW: Infrastruktur Digital Jadi Kunci ASEAN Hadapi Resesi Pasca COVID-19,

resesi ekonomi

Resesi Hantui Ekonomi, Apa yang Harus Dilakukan Masyarakat?  (Foto: ilustrasi)

youngster.id - Kinerja ekonomi global selama semester pertama 2020 menunjukkan bahwa saat ini kita tengah menghadapi resesi sebagai dampak dari pandemi COVID-19. Para pakar pun memprediksi bahwa ketidakpastian ekonomi masih akan terus berlanjut.

Berdasarkan laporan yang dipublikasikan oleh The Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW) dan Oxford Economics, PDB dunia diprediksikan akan menurun sebesar 4,7% di tahun 2020. Saat ini merupakan periode krusial bagi pelaku bisnis dalam menentukan arah strateginya, dan pelaku bisnis tidak cukup hanya mengandalkan satu aspek dalam strateginya menghadapi tantangan di tengah krisis ini.

“Upaya pemulihan ekonomi yang kita butuhkan harus mencakup solusi-solusi berkelanjutan yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, namun juga bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat,” ujar Mark Billington, ICAEW Regional Director, Greater China and South-East Asia, dalam keterangannya, Jumat (12/6/2020).

Menurut dia, seiring dengan negara-negara di kawasan mulai meringankan kebijakan lockdown mereka dan kembali membuka aktivitas perekonomiannya, para pelaku bisnis dan organisasi harus mampu beradaptasi dengan situasi new normal, sehingga mereka bisa tetap tumbuh dan beroperasi secara berkelanjutan pasca pandemi ini.

“Salah satu pelajaran positif yang dapat kita ambil dari pandemi ini, antara lain bagaimana adopsi teknologi terjadi begitu cepat; teknologi yang sebelumnya hanya merupakan kebutuhan tersier kini telah menjadi kebutuhan sehari-hari kita,” ujarnya.

Southeast Asia (SEA) Virtual Economic Forum 2020 yang diadakan oleh ICAEW menyimpulkan bahwa ada tiga hal yang harus dimiliki oleh pelaku bisnis dan ekonomi agar dapat beradaptasi dengan keadaan new normal. Ketiga hal tersebut adalah trust (rasa percaya), talent (sumber daya manusia), dan technology (teknologi).

Untuk kawasan Asia Tenggara sendiri, laporan ICAEW memprediksikan bahwa sebagian besar negara di Asia Tenggara akan menghadapi resesi di semester pertama 2020, sebelum mengalami kontraksi sebesar 1,9% di tahun yang sama.[2] Perekonomian negara-negara ASEAN-5 (Indonesia, Thailand, Malaysia, Filipina, Vietnam) diperkirakan akan menurun sebesar 0,7% di tahun 2020, dibandingkan dengan ekonomi global yang diperkirakan akan menurun 4%.

Namun Indonesia terlihat mengalami dampak yang sedikit lebih ringan dengan PDB yang diperkirakan akan sedikit tumbuh sebesar 1,1%. Situasi ini diramalkan akan membaik di 2021 seiring dengan mulai kembalinya aktivitas ekonomi.

Melihat ke depan, infrastruktur ICT (Information and Communications Technology) dan digital akan menjadi kunci dalam pemulihan ekonomi. Industri-industri berbasis teknologi, mulai dari tele-medicine, penyedia layanan konferensi virtual, hingga teknologi pendidikan, telah membuktikan industri mereka tetap dapat beroperasi dengan kuat di tengah pandemi global.

Justinian Habner, Country Director of the Department for International Trade, British High Commission, yang juga menjadi pembicara di ICAEW SEA Virtual Economic Forum 2020, mengungkapkan bahwa dirinya optimis ke depannya akan ada lebih banyak negara yang terbuka terhadap kerja sama perdagangan guna mengakselerasi dan memulihkan perekonomiannya pasca pandemi.

STEVY WIDIA

Exit mobile version