youngster.id - Di Indonesia, kondisi cuaca yang tidak menentu sering kali menjadi kendala bagi para petani. Hal ini mendorong, Startup insurtech Igloo merilis produk Asuransi Indeks Cuaca berbasis blockchain untuk para petani padi yang belum terlayani asuransi.
CEO dan Co Founder Igloo Raunak Mehta mengungkapkan, asuransi ini memanfaatkan smart contract yang dapat mengotomatisasi klaim berdasarkan tingkat curah hujan yang terjadi. Ini merupakan pendekatan baru untuk mengatasi risiko kerugian petani akibat bencana alam atau cuaca yang tidak menentu dengan menggunakan data indeks cuaca yang telah ditentukan sebelumnya.
“Asuransi Indeks Cuaca ini dapat mengurangi risiko petani akibat kondisi cuaca buruk dan merugikan mereka,” kata Raunak dalam keterangan pers, Senin (21/11/2022).
Igloo berbasis dari Singapura dengan kantor yang tersebar di Indonesia, Thailand, Filipina, Vietnam, Malaysia dengan pusat teknologi di India dan Tiongkok. Dalam data sebelumnya, diklaim Igloo mencetak kenaikan gross written premium (GWP) sebesar tiga kali lipat pada 2021.
Raunak menjelaskan, Asuransi Indeks Cuaca menggunakan data curah hujan dari Vietnam Meteorological and Hydrological Administration (VNMHA) dan dipantau oleh Igloo, asuransi parametrik ini akan membayar kerugian berdasarkan kalkulasi yang telah ditentukan akibat cuaca atau bencana alam. Selain itu, petani juga dapat dengan mudah dan cepat mengajukan klaim tanpa perlu melakukan verifikasi individual sehingga biaya transaksi lebih terjangkau.
Pengaturan pembayaran klaim berbasis blockchain yang diberikan juga mampu meningkatkan transparansi dan konsistensi sehingga menciptakan sistem yang kredibel. Menurut Mehta, tingkat perubahan iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya, ditambah dengan menurunnya rantai pasokan akibat COVID-19, mendorong kebutuhan adanya solusi asuransi pertanian bagi komunitas petani kecil.
Oleh karenanya, pihaknya berupaya memberikan pendekatan yang terintegrasi dengan ekosistem yang lebih luas untuk memperkuat tingkat ketahanan petani yang berfokus pada inovasi produk dan distribusi. “Peluncuran Asuransi Indeks Cuaca berbasis blockchain pertama ini telah memperkuat komitmen kami untuk membuat asuransi lebih mudah diakses dan terjangkau melalui teknologi,” tambah dia.
Sebagai langkah awal, Asuransi Indeks Cuaca telah melindungi lebih dari 5.000 hektar lahan di Vietnam dan ditargetkan untuk melindungi 50.000 hektar dalam beberapa musim ke depan melalui kerja sama dengan sejumlah perusahaan milik negara dan swasta.
Mehta melanjutkan, ke depannya Igloo akan memperluas solusi asuransi Indeks Cuaca di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, sebagai negara penghasil beras terbesar ke-3 di dunia. Tingginya risiko akibat perubahan cuaca dan iklim yang tidak menentu diharapkan dapat teratasi dengan solusi Asuransi Indeks Cuaca serta melindungi petani dari kerentanan finansial untuk menanam kembali.
STEVY WIDIA