Ilmuwan Indonesia Pecahkan Masalah Matematika Tersulit

Ilmuwan Indonesia Yogi Ahmad Erlangga. (Foto: Istimewa/Youngsters.id)

youngster.id - Ilmuwan Indonesia Yogi Ahmad Erlangga telah menyelesaikan masalah matematika murni tersulit dalam penelitiannya. Pemecahan ini penting untuk menafsirkan pengukuran akustik ketika mengamati minyak di perut Bumi.

Penelitian yang digagas pria asal Tasikmalaya ini berkutat pada persamaan Helmholtz. Dikutip dari Phys.org, Selasa (10/1/2017), penelitian yang didanai oleh Shell dan SenterNovem ini merupakan penelitian seputar matematika murni.

Sebagai informasi, metode yang digunakan perusahaan minyak untuk mengetahui lokasi minyak biasanya memanfaatkan gelombang suara. Gelombang suara ditransmisikan ke dalam tanah dan pantulannya dicatat ketika sampai ke permukaan Bumi. Analisis data ini kemudian digunakan sebagai patokan posisi minyak.
Sebelumnya, pengukuran hanya dilakukan secara dua dimensi.

Dengan cara ini, Bumi dipandang sebagai serangkaian lapisan datar. Karena itu, sejumlah perusahaan minyak lebih suka menggunakan metode yang lebih cepat dengan memanfaatkan tiga dimensi. Hanya, kemampuan komputer pada saat itu belum mampu melakukan hal tersebut. Diperlukan kemampuan aritmatika cukup tinggi untuk bisa menyelesaikan persamaan Helmholtz.

Lulusan Institut Teknologi Bandung ini dalam penelitian untuk meraih gelar doktoralnya berhasil mengembangkan metode penghitungan untuk menyelesaikan persamaan Helmholtz secara lebih cepat. Hasil penelitian itu memungkinkan perusahaan menggunakan perhitungan tiga dimensi untuk memproyeksikan minyak di dalam Bumi.

Hasil penelitian yang diujikan pada Desember 2005 ini juga tak sekadar dapat digunakan untuk pencarian minyak bumi. Alasannya, persamaan Helmholtz sebenarnya dapat digunakan untuk menjelaskan beragam jenis gelombang. Tak hanya gelombang akustik, tetapi juga gelombang elektromagnetik termasuk cahaya yang tampak.

Hasil penelitian ini dapat diaplikasikan untuk kebutuhan laser, seperti penyimpanan data di Blu-Ray Disk, atau pengukuran radar di bidang penerbangan.

“Kami percaya masalah yang sudah berumur tiga puluh tahun telah diselesaikan dalam penelitian ini,” tutur dosen pembimbing Erlangga, Dr Kees Vuik dari Delft University of Technology.

FAHRUL ANWAR

Exit mobile version