youngster.id - Anggapan bahwa teknologi augmented reality (AR) tidak berkembang pesat di Indonesia, ternyata salah. Bahkan, dengan kemampuan para technopreneur lokal bisa membawa Indonesia jadi pemain utama di teknologi AR.
Demikian disampaikan Peter Shaerer Managing Director AR&Co pada program Ignation “Gerakan Nasioal 1000 Starup Digital” yang berlangsung di Balai Sidang Universitas Indonesia Depok,Jawa Barat.
“Jadi jangan terus merasa rendah diri dan kurang mampu. Mulai saat ini mari coba kita buktikan banyak perusahaan Indonesia dan tokoh-tokoh Indonesia yang berjaya dibidang teknologi. Mulai saat ini kalau bisa hilangan pemikiran untuk jadi penonton saja sehingga kita bisa menang di industri ini kedepannya,“ kata Peter dihadapan 250 peserta.
Bahkan dengan kemampuan para technopreneur lokal bisa membawa Indonesia jadi pemain utama di teknologi AR.
Teknologi augmented reality (AR) memang merupakan terobosan teknologi baru di Indonesia. Teknologi ini memberikan tampilan yang tampak hidup, baik dengan cara menambahkan elemenseperti input sesor buatan computer berupa suara, video, gambar atau data GPS.
Menurut Peter, saat ini teknologi augmented reality (AR) dari Indonesia tidak hanya merambah pasar lokal, bahkan telah mencapai pasar Asia seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Brunai Darussalam, Australia dan Amerika Serikat. Jadi dengan kemampuan para technopreneur lokal bisa membawa Indonesia jadi pemain utama di teknologi AR.
“Memang ketika mengawali bisnis ini awalnya gampang-gampang susah. Karena mereka sebenarnya butuh yang baru. Masak jualan harus kayak gitu-gitu aja. Jadi ketika aku memperkenalkan AR mereka penasaran dan setiap kali kami demo mereka langsung suka dan akhirnya pasar pun teredukasi. Nah dari situlah kami terus berinovasi dan dengan apa yang kami lakukan saat ini akhirnya kita bisa mendapat tempat di pasar lokal, Asia dan bahkan Amerika Serikat,“ jelasnya kepada Youngster.id.
AR&co yang didirikan tahun 2009 diklaim menjadi yang terbaik di salah satu yang terbaik di Asia. Selain Jakarta sebagai kantor utama, cabangnya tersebar di Singapura, Manila, Barcelona dan Silicon Valley yag baru-baru diresmikan AR&Co.
Munculnya persaingan dalam bidang sama tak dianggap lelaki berwajah oriental satu ini sebagai rival. “Saat ini kami memang yang terbesar di Asia. Jadi sebagai leader kami hanya ingin membangun ekosistem yang benar dan sebagai rival nya adalah membangun sistem AR itu sendiri dan bukan untuk saling menjatuhkan. Selain itu, kami juga sudah mendirikan asosiasi dan sekarang sudah berjumlah 4000 members. Jadi jika ada rival tujuan kami disini adalah kepingin membuat ekosistem yang stabil,“ ungkap Peter lagi.
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post