youngster.id - Teknologi Augmented Reality (AR) di Indonesia masih dalam tahap berkembang. Hal itu terlihat dari mulai bermunculan layanan dan bisnis AR baru yang mencari model bisnis. Belakangan teknologi AR membawa transformasi yang signifikan ke banyak sektor seperti sektor ekonomi, pendidikan, dan industry. Terutama dalam memberikan produktifitas, daya saing, termasuk penyediaan layanan baru dan inovatif bagi klien.
Bagaimana tidak, teknologi AR dengan cepat memasuki fase baru yang memungkinkan penggunanya mendapatkan user experience yang kaya akan konteks. Konteks yang dimaksud adalah kontek yang menggabungkan sensor, komputasi, Internet of Things dan Artificial Intelligence.
Belum lagi, jika melihat trennya yang sedang berkembang saat ini, banyak developer berlomba-lomba untuk menciptakan aplikasi futuristik berbekal AR. Salah satunya adalah Assemblr—sebuah platform berbasis mobile yang memungkinkan penggunanya menghasilkan karya 3D dari hasil penggabungan obyek-obyek yang tersedia dan material yang beragam. Hasil kreasi tersebut nantinya bisa ditaruh di dunia nyata menggunakan teknologi Augmented Reality dan Geo-Location.
“Assemblr ini adalah platform augmented reality untuk memudahkan orang-orang membuat AR mereka sendiri dengan sederhana dan dalam waktu yang lebih cepat,” ucap Hasbi Asyadiq, Founder & CEO Assemblr kepada youngster.id saat ditemui di acara SYNRGY BCA beberapa waktu lalu di Jakarta.
Hasbi menerangkan platform ini merupakan gabungan antara Lego dengan Pokemon GO. Assemblr didesain untuk membantu pengguna membuat konten 3D yang divisualisasikan ke dalam bentuk Augmented Reality. Hasilnya dapat ditempatkan di dunia nyata untuk diakses semua orang.
“Kami percaya bahwa salah satu cara akses informasi yang signifikan di masa depan akan berbentuk Augmented Reality. Walaupun adaptasinya akan memakan waktu, namun masa depan pengaksesan informasi akan menuju kesana. Untuk mewujudkan itu memerlukan dua faktor penting agar dapat diterima oleh banyak orang. Yang pertama adalah hardware dan yang kedua adalah konten. Assemblr mencoba masuk ke dalam ranah konten,” terang Hasbi.
Startup yang bermarkas di Bandung ini telah memiliki dua produk yaitu Assemblr Mobile Apps untuk IoS dan Android, dan Assemblr Studio berupa software untuk MAC dan PC. Dengan menargetkan pengguna di rentang usia 18-24 tahun, Assemblr bisa menjadi sarana penyaluran ide kreatif terutama mereka yang memiliki ketertarikan dengan building blocks mechanic.
“Keunggulan kami adalah produk ini bisa empowering orang-orang untuk membuat sendiri juga,” ujar Hasbi. Rupanya hal ini yang membawa Assemblr menjadi salah satu startup yang terpilih masuk program SYNRGY Accelerator 2020.
Masa Depan
Hasbi rupanya telah melihat bahwa teknologi telah menjadi bagian dari masa depan. “Kami percaya, di masa depan orang-orang akan mengakses informasi dalam bentuk digital, baik AR, VR mapun mixed reality. Kami ingin jadi bagian dari itu,” ungkapnya.
Tentu tidak mudah bagi alumni UPI Bandung jurusan computer sains ini mengenalkan produk AR ke masyarakat Indonesia. Teknologi ini dinilai baru sekadar gimmick semata. “Kami ingin lebih jauh dari itu. Ke depannya masih sangat memungkinkan. Makanya kami bikin platform untuk orang-orang agar bisa turut terlibat di dalamnya. Siapapun itu yang punya ide atau konsep mereka bisa memvisualisasikannya dalam bentuk augmented reality dengan Assemblr,” tegasnya.
Bersama rekan-rekannya Hasbi pun membangun startup dengan bendera PT Assemblr Teknologi Indonesia ini. Mengawali bisnisnya di Oktober 2017 mereka berusaha menembus YCombinator, salah satu inkubator yang berperan melahirkan startup ternama seperti Twitch, Dropbox, hingga AirBB.
Assemblr berhasil menembus tahap wawancara, namun gagal mengikuti program inkubasi karena masih di tahap awal. Kegagalan ini tidak membuat Hasbi dan kawan-kawan menyerah. Alhasil, pada tahun 2019 aplikasi ini masuk sebagai App of The Day di media Apple App Store di Amerika Serikat.
“Tentu saja kami bersyukur dengan kerja sama tim selama ini, akhirnya kami mendapat kesempatan dimuat pada bagian ‘App Of The Day’ hari Minggu, 11 Agustus 2019. Di situ Assemblr mendapatkan satu halaman penuh yang berisi deskripsi singkat dan pembahasan tentang aplikasi ini. Sebelumnya, Assemblr telah difitur Apple 6 kali di region Amerika Serikat, Eropa dan Asia namun hanya di bagian category AR & edukasi. Pada saat Assemblr difitur oleh Apple di bagian ‘App of The Day”, Assemblr mendapkan kurang lebih 4 juta impression dalam sehari,” ungkap Hasbi bangga.
Dari segi teknologi, Assemblr mengusung teknologi SLAM (Simultaneous Localization and Mapping) AR yang memungkinkan obyek digital dapat ditempatkan di suatu posisi tanpa menggunakan gambar sebagai marker. Teknologi SLAM ini mampu membaca area di sekitar sebagai basis tracking 3D Object untuk tetap berada di suatu posisi.
“Misalkan pengguna membuat sebuah bangunan yang kemudian dia taruh bersebelahan dengan Monas (Monumen Nasional). Orang-orang yang berada di dalam radius sekitar Monas dapat melihat karya yang ditaruh di tempat tersebut dalam bentuk SLAM Augmented Reality. Namun para pengguna Android masih harus menggunakan marker untuk men-trigger 3D object sampai ARCore [teknologi SLAM yang dimiliki Android] menjadi sebuah standar AR di Android,” jelasnya.
Basis penguna Assemblr paling besar berasal dari luar negeri. khususnya Amerika Serikat. Namun pada tahun 2019 pengguna yang berasal dari Asean mulai bermunculan seiring dengan banyaknya sekolah, khususnya di Indonesia mulai menggunakan Assemblr untuk kegiatan belajar mengajar.
Edukasi Pasar
Menurut Hasbi, meski telah menembus pasar dunia mereka belum puas karena pasar dalam negeri belum teredukasi dengan baik.
“Membuat AR menjadi mainstream adalah sebuah tantangan yang luar biasa besar, namun saya optimis potensinya pun besar. Dengan makin banyaknya perusahan raksasa seperti Apple, Facebook, Snapchat, Microsoft mempopulerkan AR, penetrasi maupun edukasi pasar tentang AR akan tersebar lebih cepat dan lebih luas,” katanya penuh keyakinan.
Untuk menghadapi tantangan itu, Assemblr membuat AR mudah dibuat. “Teknologi AR ini agak lambat perkembangannya karena memang bikin AR itu susah. Padahal AR ini berguna bagi banyak sektor seperti sektor pendidikan, engineering, marketing dan lain-lain. Jadi seharusnya ada sesuatu yang memudahkan orang-orang untuk membuat AR sendiri. Ini tujuan startup ini didirikan,” kata Hasbi.
Pendekatannya melalui dunia pendidikan dan pemasaran. Untuk dunia pendidikan, produk Assemblr dapat membantu para guru untuk membuat material. Dengan begitu guru bisa mencetak sendiri dan membagikan langsung materi ke muridnya dan bisa berinteraksi langsung, dan bahkan murid pun bisa bikin sendiri.
Contoh guru menugaskan ke murid untuk membuat AR Conten pada pelajaran biologi. Nah murid-murid tersebut bisa langsung membuatnya melalui tablet mereka sendiri. Jadi proses belajar mengajarnya bisa dua arah dan lebih interaktif.
Untuk mendukung dunia pendidikan di Tanah Air, saat ini Assembler turut menyediakan paket teknologi AR yang dapat diunduh di platform Assemblr secara gratis yang diperuntukkan untuk kelangsungan proses pembelajaran guru dan murid di sekolah. Menurut Hasbi, paket untuk edukasi tidak berbayar dengan batasan file sebesar 8MB. Lisensi ini untuk 50 siswa dengan harga Rp 5 juta pertahun untuk satu sekolah. Sedangkan untuk produk pemasaran itu sesuai dengan nilai proyek yang diminta.
Meski tidak menyebut besaran modal, tetapi Hasbi mengaku untuk membangun Assemblr dibutuhkan dana yang cukup besar. Untuk itu mereka butuh pendanaan dari investor. Sedang untuk monetize mereka berharap akan mendapat pemasukan dari proses bisnis di Assemblr, yaitu in-app-purchase dan kerja sama business to business.
Saat ini, menurut Hasbi, Assemblr telah digunakan oleh 1,7 juta orang. Mereka juga telah membuat lebih dari 100 ribu AR konten, dengan 18 juta views. Sedang untuk B2B Assemblr telah bekerjasama dengan Ducati, Apple, Deco Rumah, Pertamina dan Sampurna dan masih banyak lagi termasuk kementerian.
Tak heran jika Hasbi percaya peluang bisnis Assemblr masih sangat besar. “Kami tidak terlalu memikirkan persaingan karena saat ini pasarnya masih sangat luas. Kami percaya akan tetap kuat di industri ini apalagi pak Nadim Menteri Pendidikan RI telah menginvestasikan besar dan banyak hal untuk mendukung dunia pendidikan di Indonesia, terutama di sekolah walaupun dimulainya dari kota-kota besar di Indonesia. Kami percaya bisnis kami bisa semakin berkembang dan berkelanjutan melihat tren nya akan menuju kesana dan marketnya besar di Indonesia maupun dunia,” ungkapnya penuh keyakinan.
========================
Hasbi Asyadiq
- Tempat Tanggal Lahir : Purwakarta, 27 Februari 1987
- Pendidikan Terakhir : Sarjana Computer Sains, UPI Bandung
- Usaha yang dikembangkan : Membuat karya kreatif 3D berbasis teknologi Augmented Reality
- Nama Usaha : PT Assemblr Teknologi Indonesia
- Nama Brand : Assemblr
- Mulai Usaha : Oktober 2017
- Jabatan : Founder & CEO
- Jumlah Tim : 23 orang
- Jumlah Pengguna : 1,7 juta orang (hingga Maret 2020)
Prestasi :
- Future Apps of The Day Technology AR Terpilih dari Apple, USA 2019
- Mewakili Indonesia ke Game Connection 2018
- Lolos Kompetisi Inkubasi dari Y Combinator
=======================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post