youngster.id - Ekonomi digital Indonesia berkembang pesat. Bahkan saat ini kita menempati urutan kelima dengan jumlah perusahaan rintisan (startup) terbanyak di dunia, yakni mencapai 2.203 startup.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengungkapkan, maraknya kelahiran perusahaan rintisan di Indonesia disebabkan karena banyaknya generasi milenial yang mulai menciptakan usaha baru.
“Mereka ini menggunakan kesempatan dari booming ekonomi digital untuk membentuk startup. Indonesia sekarang masuk urutan kelima di dunia dengan jumlah startup paling banyak, sekarang ada 2.203, tahun lalu itu sekitar 1.500-1.800, dan karena pandemi jadi makin melonjak juga,” terang Bhima, dalam acara peluncuran Generasi Djempolan Kredivo baru-baru ini.
Poisis pertama ditempati Amerika Serikat yang memiliki 65.779 startup saat ini. India menyusul di posisi kedua dengan jumlah 8.353 startup. Lalu Inggris menempati urutan ketiga dengan jumlah 5.387 startup. Peringkat keempat ditempati Kanada dengan jumlah startup sebanyak 2.713.
Bhima menegaskan, dengan jumlah generasi milenial di Indonesia sebanyak 97 juta orang mendorong pertumbuhan startup di Indonesia. Selain itu, bonus demografi juga akan semakin menguntungkan Indonesia, yang sudah mulai terasa saat ini.
“Kalau sekarang bonus demografi baru terasa di Jawa ya, tapi kalau secara nasional nanti di tahun 2030, usia produktif akan mayoritas, ini peluang sekali seumur hidup, banyak yang berhasil mereka ciptakan seperti inovasi. Jadi ini adalah momentum now or never, ini kesempatan Indonesia,” jelas Bhima.
Menurut dia, perusahaan rintisan perlu membaca apa yang sedang dicari orang lain atau generasi milenial saat ini atau disebut customer centric. Nantinya, startup akan memenuhi kebutuhan dari konsumen, melalui beragam produk atau fitur layanan.
“Yang menarik, milenial ini rajin order makanan secara online, dan pemesanan secara online ini meningkat 21% akibat milenial. Jadi milenial itu juga mendorong pola konsumsi nasional,” ujar Bhima.
Dia mengharapkan, literasi keuangan untuk milenial semakin meningkat, sehingga dapat memanfaatkan ekonomi digital dengan baik. Selain itu, ke depan diharapkan lebih banyak milenial yang membuat startup atau fintech untuk mendukung literasi dan inklusi keuangan Indonesia.
“Dengan adanya fintech, literasi keuangan dan inklusi keuangan kepada milenial semakin baik. Mereka bisa memanfaatkan booming ekonomi digital untuk meminjam kredit online di Kredivo, misalnya untuk beli laptop, dan laptopnya juga dipakai untuk membuat startup, jadi ke depan semakin banyak,” papar Bhima.
STEVY WIDIA