youngster.id - Dalam sebuah forum teknologi berbahasa Indonesia di internet baru-baru ini ditemukan panduan dasar pembuatan ransomware yang disebar bebas dan bisa dimiliki oleh siapa pun. Ini sangat mengkhawatirkan, karena artinya ke depan baik individu ataupun perusahaan di Indonesia akan mendapat banyak ancaman serangan ransomware lokal.
ESET sebagai salah satu pengembang Antimalware memberikan perhatian khusus terhadap
perkembangan ini. Yudhi Kukuh, Technical Consultant PT Prosperita ”“ ESET Indonesia mengatakan tindakan pencegahan sudah menjadi bagian yang tidak bisa dihindarkan dan
menjadi perhatian utama.
“Ini menjadi sinyalemen atau lonceng peringatan peningkatan ancaman oleh ransomware Indonesia di seluruh wilayah Indonesia,” ujar Yudhi dalam siaran pers, Selasa (2/1/2017).
Menurut dia, Indonesia salah satu negara dengan rata-rata traffic internet berbahaya paling tinggi di dunia dalam beberapa tahun terakhir. Ada 38% dari seluruh traffic di dunia berasal dari Indonesia. Ini menunjukkan tingkat konektivitas dan penggunaan yang sangat tinggi yang rentan terhadap serangan siber terutama ransomware. Bahkan diprediksi dapat menjadi demam ransomware.
Ransomware yang awalnya berupa software yang digunakan untuk edukasi keamanan siber, mengalami pergeseran tujuan. Beberapa orang melihat celah untuk mendapatkan keuntungan finansial, kejahatan siber kini perlahan berubah menjadi Crimeware as a Service.
“Pengembang malware sepertinya terus mengembangkan metode serangan siber dengan berbagai
cara, seperti pergerakan yang belakangan mulai terjadi di dunia bawah tanah, di mana trojan
perbankan android menjadi satu paket dengan fitur ransomware untuk menutup akses pengguna
ke perangkat mereka sekaligus mengenkripsi data untuk mendapat keuntungan ganda,” jelasnya.
Alasan lain yang lebih berbahaya adalah saat ransomware mulai mengunci layar ponsel, yang
bertujuan untuk mengalihkan perhatian pemilik ponsel agar sibuk berupaya membuka layar. Di
belakang layar pelaku melakukan transaksi penipuan menguras isi rekening bank korban.
Trojan perbankan android bukan barang baru di dunia kejahatan siber di Indonesia, aplikasi
sejumlah bank di Indonesia sempat diduplikasi oleh penjahat siber untuk mengelabui pengguna
mobile atau memanfaatkan malware untuk menyusup masuk ke dalam sistem operasi ponsel dan
komputer untuk melakukan aktivitas siber berbahaya.
Menghadapi situasi seperti ini, di mana ancaman siber terus berkembang, seluruh lapisan masyarakat mulai dari dunia usaha, pendiidikan dan berbagai sekor lain di tanah air harus mulai membangun kesadaran pentingnya edukasi dan prasarana yang bisa mendukung keamanan informasi. Pendidikan membuat perbedaan yang besar saat kita bekerja dalam dunia keamanan informasi, karena sehebat apa pun teknologi keamanan tanpa disertai SDM yang mumpuni sama
saja tidak memiliki perlindungan sama sekali.
“Yang paling utama bagi setiap perusahaan harus memiiki program edukasi yang jelas dan berkala untuk setiap personel terkait keamanan data. Hal yang sama juga berlaku bagi pengguna individu, karena pendidikankeamanan siber semestinya sudah menjadi keharusan yang tak bisa ditawar-tawar lagi,” tegas Yudhi .
STEVY WIDIA