youngster.id - Pandemi Covid-19 telah mendorong berbagai perubahan di berbagai lini bisnis. Para pelaku bisnis diminta memperhatikan perubahan pasca Pandemi agar dapat berkembang.
Chief Client Officer Kantar Indonesia Nadya Ardianti menjelaskan bahwa ada empat perubahan yang terjadi pasca Covid-19. Keempat perubahan itu adalah perubahan dalam profil demografi (changes in demographic profile), perubahan pada kebutuhan dan mindset (changes in needs and mindset), perubahan dalam memilik merek (changes in brand choice), dan perubahan dalam cara hidup (changes in the way of living).
“Brand harus tepat dalam melakukan penargetan. Jangan perlakukan konsumen kota kecil dan non-Jawa sebagai perpanjangan dari kota besar di Jawa, karena mereka memiliki profil demografi yang berbeda. Berinvestasilah dalam memahami aspirasi dan kebutuhan mereka,” papar Nadya dalam gelar ICON 2022.
Menurut dia, terkait perubahan mindset, saat ini konsumen mencari kesehatan dan kesejahteraan mental, lebih baik dari sebelumnya. “Selain itu, terjadi juga perubahan dalam cara pandang dari ‘me’ menjadi ‘we’, yang notabene dipicu oleh generasi generasi milenial dan Gen-Z,” ujarnya.
Perubahan lainnya adalah cara orang Indonesia dalam membuat pilihan merek. Saat ini, para pemilik atau pengelola merek tidak bisa hanya mengandalkan ketenaran, distribusi, dan sebagainya. Sebab, kebutuhan kebutuhan akan kebermaknaan brand menjadi pemicu konsumen dalam memilih merek. Konsumen juga menjadi lebih menuntut, mulai dari tuntutan berupa pengalaman memuaskan yang instan, hingga manfaat jangka panjang yang berkelanjutan yang dapat diberikan brand.
Dalam konteks perubahan dalam cara hidup, lebih jauh ia menjelaskan, saat pandemi orang Indonesia telah menghabiskan banyak waktu di rumah. Mulai dari bekerja, mengasuh anak, sekolah, bersosialisasi, konsumsi media, belanja, dan sebagainya semua dilakukan dari rumah.
“Ada 84% orang Indonesia menyatakan bahwa mereka tidak ingin kembali WFO (Work from Office penuh waktu, tetapi mereka juga tidak ingin bekerja WFH (Work from Home) penuh waktu,” ucapnya.
Sementara itu, 49% orang Indonesia mengungkapkan bahwa interaksi sosial sebagai hal yang paling sulit untuk ditinggalkan selama pandemi. Oleh karena itu, dikatakan Nadya, terjadi perubahan gaya hidup di Indonesia, seperti munculnya sesi Zoom Arisan, Nongkrong Virtual, kelas olahraga virtual, dan sebagainya.
“Oleh karena itu, gaya hidup hybrid, yakni kombinasi antara online dan offline, dapat digunakan brand untuk membantu kehidupan konsumen menjadi lebih mudah dan menyenangkan,” pungkasnya.
STEVY WIDIA