youngster.id - Instagram tengah melakukan uji coba untuk menghapus jumlah ‘Like’ dan ‘Views’ di tujuh negara. Hal ini dilakukan agar pengguna Instagram lebih mementingkan isi konten dan kisah mereka.
“Kami saat ini sedang menjalankan uji coba
yang menyembunyikan jumlah Like dan penonton video (views) untuk beberapa orang
di negara-negara berikut: Australia, Brazil, Kanada, Islandia, Italia, Jepang,
dan Selandia Baru,” kata akun @instagram di Twitter, Kamis (18/7).
Dalam cuitannya, Instagram melampirkan contoh uji cobanya pada gambar tangkapan
layar yang berisi unggahan foto salah satu akun Instagram, di mana fitur ‘Like’
tidak menyebut berapa jumlah penyuka gambar tersebut. Yang ada hanya nama-nama
akun yang menyukainya.
“Kami ingin teman-teman Anda fokus pada foto dan video yang Anda bagikan, bukan berapa banyak suka yang mereka peroleh,” ujar Instagram.
Dalam uji coba ini, pemilik akun Instagram masih dapat melihat Like-nya sendiri dengan mengetuk daftar orang yang menyukainya. Namun, pengikutnya (followers) tidak akan dapat melihat berapa banyak Like yang diterima kiriman tersebut. Nah, dengan dihapusnya jumlah ‘Like’ dan ‘Views’ tersebut, Instagram ingin menghilangkan ‘tekanan’ bagi para pengguna di platfromnya.
“Kami menantikan untuk mempelajari
lebih banyak tentang bagaimana perubahan ini mungkin bermanfaat bagi pengalaman
semua orang di Instagram,” ujarnya.
Sebelumnya Director of Policy Facebook Australia and New Zealand Mia Garlick
mengatakan, perusahaannya ingin Instagram menjadi tempat di mana orang merasa
nyaman untuk mengekspresikan diri mereka sendiri.
“Kami berharap uji coba ini akan menghilangkan ‘tekanan’ dari berapa banyak Like unggahan yang diterima, sehingga Anda dapat fokus pada berbagi hal-hal yang Anda sukai,” ujar Mia seperti dikutip dari Vice.
Menurut dia, pengguna masih dapat melihat secara pribadi seberapa baik kinerja unggahan mereka dan pembaruan itu tidak akan memengaruhi alat analitik seperti fitur ‘Insight’ (wawasan) dan ‘Ad Manager’ (pengelola iklan) yang sering digunakan oleh pengguna akun bisnis untuk mengukur keterlibatan akun mereka.
Dia menegaskan, perusahaannya akan berupaya memperkenalkan fitur ini secara global, namun hal itu akan tergantung bagaimana penerimaannya selama periode uji coba tersebut berlangsung. Menurutnya, perusahaannya tahu bahwa orang-orang datang ke Instagram untuk mengekspresikan diri mereka dan untuk menjadi kreatif. “Dan kami ingin memastikan itu bukan kompetisi,” ujarnya.
Langkah yang dilakukan Instagram ini disambut baik karena sebelumnya platform media sosial tersebut dikritik karena efek negatifnya terhadap kesehatan mental. Survei United Kingdom’s Royal Society for Public Health tahun 2017 menemukan bahwa banyak pengguna Instagram mengeluhkan tingkat kecemasan dan depresi yang tinggi. Bahkan, ada yang mengalami purundungan (bullying) dan kondisi takut ketinggalan informasi terkini (Fear of missing out/FOMO).
STEVY WIDIA