youngster.id - Sejumlah pihak memprediksi akan ada resesi global 2023. Tanda-tanda sudah ditunjukkan dengan maraknya PHK karyawan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan teknologi, termasuk startup. Meski demikian startup digital masih memiliki daya tarik di mata investor.
Ketua Umum Indonesia Fintech Society (IFSoC), Rudiantara mengatakan minat investor untuk melakukan investasi di startup Indonesia masih tinggi. Hal itu berdasarkan dari pengalamannya membawa investor bertemu dengan perusahaan rintisan digital di negeri ini.
“Tetapi tidak semua startup ya. Saya bikin klasifikasi yang kebetulan saya tangani adalah unicorn to be. Justru minat dari venture capital masih tinggi. Bahkan mereka sudah cukup advance nanyanya, web 3 ada gak? Karena mereka ingin startup yang nantinya diinvestasi mau masuk ke sana,” ungkap Rudiantara pada diskusi virtual bertajuk “Strategi Industri Digital Indonesia hadapi Resesi Global” Rabu (30/11/2022).
Namun berbeda dengan startup yang masih ‘skala kecil’. Maksudnya adalah perusahaan rintisan digital yang investasinya masih tahap awal atau bahkan bootstrapping. “Tapi kalau startup yang masih bootstrapping atau pre seri, ini memang kelepekan. Mereka yang besar, masih oke. Investor masih mau top up ke sana,” kata dia.
Di sisi lain, Nailul Huda, Analis INDEF mengatakan, saat ini suku bunga acuan di Indonesia sudah mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari 3,5 menjadi 5,25 persen. Kenaikan itu berdampak terhadap biaya investasi semakin mahal. Ketika ini terjadi, maka investor agak malas untuk menaruh uangnya di beberapa perusahaan termasuk di bidang digital.
“Jadi kalau kita lihat, investasi itu menurun kemudian yang terjadi selanjutnya adalah PHK. Ini menjawab kenapa startup digital kita banyak yang layoff atau PHK,” kata Huda.
Terlebih, lanjut Huda, pada tahun 2021, investasi digital di Indonesia mencapai Rp 144 triliun. Pada tahun itu, banyak startup yang mendapat investasi. Salah satunya di sektor pendidikan.
“Namun saat 2022 ketika cost of fund naik, yang terjadi penurunan investasi. Investasi di startup digital turun Rp 53,58 triliun per November 2022. Penurunannya mencapai 50 persen lebih. Maka, ketika startup masih mengandalkan pendanaan, cashflow mereka akan terancam,” jelas dia.
Di sisi lain, Ismail Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian Kominfo mengatakan bahwa industri digital yang dulu sebagai nilai tambah industri telekomunikasi dalam ICT justru kini jadi pelaku utama.
Dari sini, semua yang terlibat dalam ICT perlu melakukan perubahan pendekatan agar yang tadinya tumpuan industri ICT pada telco operators, sekarang berpindah ke layer berikutnya yakni layer platform, aplikasi dan konten.
Sebab itu, semua pihak harus mengakomodasi perubahan bisnis model, tidak terkecuali pemerintah. “Pemerintah harus melakukan pendekatan baru agar menjamin keberlangsungan industri digital di Tanah Air. Pemerintah pun telah mengubah perannya bukan sekadar regulator tetapi juga investor, khususnya untuk membangun infrastruktur, seperti pada proyek Palapa Ring” kata Ismail.
STEVY WIDIA
Discussion about this post