youngster.id - Untuk mendorong perkembangan startup teknologi di Indoneia, Jakarta Founder Institute (JFI) bekerja sama dengan Bank DBS Indonesia mengirimkan 9 pendiri startup ke Silicon Valley. Disana mereka berguru langsung ada startup yang skalanya masih di ‘garasi rumah’ namun memiliki omzet miliaran dolar.
Sebanyak 9 orang pendiri start up dikirim ke Silicon Valley. Selain Erik Hormain (Sevva), Rifki Pranoto (Andalin), Antonius Stefanus (Neetip), Ary Setyo (Wssignal), Bong Defendy (Zend Money), Erikka Ferdinata (Bildeco), Gimin (3i), Indra Sjuriah (IndoGold), dan Marvinus Arif (Fishare).
Erik Hormain, pendiri start up sewa menyewa mobil secara online, Sevva, mengungkapkan banyak sekali pengalaman dan pembelajaran selama menimba ilmu di Silicon Valley.
“Startup di sana banyak yang masih kecil-kecil tapi sudah mendunia. Bahkan, beberapa di antaranya sudah bisa masuk ke pasar modal dengan IPO. Meski kecil, bukan berarti kesulitan untuk bersaing,” kata Erik, Senin (13/3/2017) dalam siaran pers DBS Indonesia, Jakarta.
Menurut Erik, di AS kegiatan startup digital sudah masuk ke hampir semua ranah usaha. Kondisi ini sangat berbeda di Indonesia di mana startup besar masih bersaing sengit di pasar e-commerce. Padahal, masih banyak ceruk pasar yang belum banyak digarap perusahaan start up pemula.
“Di sana sudah hampir semua sektor ada start up, pasar juga sudah penuh. Sementara di Indonesia masih banyak sekali yang belum dimasuki,” ucap Erik.
Hal senada disampaikan Rifki Pranoto, pendiri dari Andalin, start up ekspor impor untuk UKM. Ia mengungkapkan di AS persaingan antar perusahaan start up, baik perusahaan besar maupun kecil, sangat ketat. Ini lantaran hampir semua sektor sudah dimasuki oleh banyak start up teknologi.
“Di sana punya pressure, segmen yang gampang-gampang di sana sudah enggak ada. Harus masuk ke yang aneh-aneh sehingga bisa diterima. Sementara di Indonesia masih sangat luas sekali,” ungkap Rifki.
STEVY WIDIA
Discussion about this post