youngster.id - Pada 2016 lalu, Pemprov DKI Jakarta telah merilis program dengan nama Gang Hijau atau lahan kosong. Dimana program ini sengaja diperuntukkan bagi masyarakat perkotaan agar senantiasa memanfaatkan lahan kosong untuk menanam tanaman lokal melalui cara bertani.
Seperti halnya apa yang telah dilakukan Asda (52). Lelaki pribumi asal Jakarta satu ini tak hanya cukup menyulap lahan kosong tersebut menjadi sebuah lahan pertanian yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
“Kegiatan ini yang pertama adalah untuk mengingatkan semua masyarakat agar tidak lagi membuang sampah di sungai. Sedih rasanya, ketika masih banyak orang melakukan hal itu. Apalagi kalau ingat dulu. Sebelum normalisasi sungai BKB ini isinya sampah semua. Malah kalau menyebrang bisa lewat sungat dan berjalan diatas tumpukan sampah ” cerita Asda kepada Youngsters.id Senin (13/2/2017).
Bahkan bersama rekannya yang tergabung dalam sebuah kelompok Tani Banjir Kanal Barat (BKB). Ia mencoba mempercantik kawasan sungai Petamburan Jakarta dengan melakukan bersih-bersih dan bercocok tanam diatas lahan seluas 3000 meter dikawasan Petamburan 1 RT 001/01.Kel.Petamburan, Kec.Tanah-Abang, Jakarta-Pusat.
“Jadi selain menjadikan lahan pertanian dikawasan BKB Petamburan. Saya dan rekan lainnya berusaha membersihkan sampah yang terdapar disungai. Jika ada limbah sampah yang bermanfaat biasanya disitu kami manfaatkan buat keperluan lahan pertanian yang kami lakukan ini, “ujarnya menambahkan.
Menurut Asda, ide memanfaatkan lahan kosong yang dijadikan sebagai lahan pertanian ini sudah dilakukannya sejak 8 bulan lalu, atas usaha dari masing-masing anggotanya.
“Alhamdulillah selama 8 bulan berjalan hasilnya sudah dapat kami nikmati mulai dari panen ketimun, kacang panjang dan cabe 2 hari sekali sudah bisa kami lakukan. Memang awalnya ketika membuka kegiatan kami patungan dengan beberapa anggotanya tanpa ada bantuan dari pihak manapun. Tetapi setelah kami mengantongi ijin untuk melakukan kegiatan di bantaran sungai ini, tak lama kemudian pihak kelurahan dan Departemen Pertanian malah mendukung apa yang masyarakat Petamburan lakukan ini, ” terangnya sambil tersenyum.
Namun demikian, membuka lahan pertanian dikawasan bantaran sungai Ciliwung tak terlalu dikhawatirkannya karena Jakarta dianggap sebagai kota yang langganan biang banjir.
“Kalau dulu iya kami khawatir. Karena banjir bisa 2 sampai 3 hari airnya baru surut. Tetapi sejak ada normalisasi, kami tidak khawatir dengan lahan pertanian yang memang dekat dengan sungai likasinya. Karena banjir sekarang surutnya air bisa dihitung dengan jam. Paling 1 sampai 2 jam banjir Ciliwung sudah surut lagi, ” imbuhnya.
“Nah setelah banjir itu biasanya kami hanya perlu menyiram tanaman dengan air untuk membersihkan daun dan batang tanaman dari lumpur sisa banjir tadi agar tanaman kembali segar, ” sambungnya.
Masih menurut Asda, baginya kini tak hanya bagaimana memikirkan hasil bersama rekannya dari apa yang dilakukannya saat ini. Malahan dengan ilmu pertanian yang dimilikinya ini, ia pun siap menularkan virus positifnya bagi orang muda disekitaran kawasan sungai BKB Petamburan.
“Selain bersih-bersih sungai dan bertani. Melalui kegiatan ini. Kami pastinya ingin merangkul anak-anak muda disekitar agar mereka mau belajar dan paham menjaga lingkungan. Bersyukurnya, beberapa anak-anak muda disini cukup tertarik dengan kegiatan ini dan mereka mau terjun bahkan membantu apa yang sedang kami lakukan ini, “ungkapnya.
“Karena ini masih baru kedepannya, kami juga ingin menjadikan lokasi ini sebagai wadah edukasi bagi pelajar lain yang ingin mengetahui tentang bagaimana menggarap sebuah lahan pertanian. Untuk masalah ini kami terbuka tentunya kalau ada yang mau belajar, silahkan. Bahkan yang terpikir sama kami, tempat ini kedepannya juga bisa dijadikan sebagai sarana atau rempat wisata air yang dekat dikota besar yang disekelilingnya ada gedung-gedung pencakar langit. Tetapi masih ada lahan pertanian di kawasan sungai Ciliwung petamburan ini, ” tuntas Asda.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post