youngster.id - Isu krisis lingkungan terus bergaung belakangan ini. Sejumlah gerakan terus bermunculan di berbagai tempat di Indonesia, untuk kembali menyuarakan keresahan masyarakat terhadap krisis iklim yang sedang terjadi belakangan ini. Salah satunya lewat kegiatan Jeda Untuk Iklim.
Data PBB menyebut setiap tahunnya, konsentrasi karbon dioksida selalu memecahkan rekor. Sejak tahun 1990, kadar karbondioksida di udara naik sebesar 43% terjadi, dan akan menetap di atmosfir dan laut sampai berabad-abad atau lebih. Laporan dari PBB menyebutkan bahwa jika semua negara memenuhi komitmen Perjanjian Paris (Paris Agreement), suhu bumi akan tetap naik sebesar 3.2 derajat celsius, namun jika emisi global diturunkan sebesar 7.6% setiap tahunnya sampai tahun 2030, maka target pembatasan kenaikan suhu 1.5 derajat celsius dapat tercapai.
“Kami dari komunitas campuran pecinta lingkungan yang isinya mulai dari pelajar, mahasiwa, masyarakat dan NGO ingin menuntut pemerintah akan masalah darurat iklim. Agar kita semua sadar dengan krisis iklim yang terjadi belakangan ini,” kata Dimas Muhammad, Voulenteer Jeda Untuk IIklim usai acara jumpa pera Jeda Untuk Iklim Rabu (27/11/2019) di Jakarta.
Dia mengatakan, mereka akan melakukan Gerakan Jeda Untuk iklim pada 29 November 2019. Gerakan ini juga digelar di 120 negara dilaksanakan secara serentak, seiring dengan konfrensi perubahan iklim di Madrid Spanyol. Di Indonesia gerakan ini juga akan hadir di 24 kota dan akan diikuti sekitar 8.000.
“Pemerintah Indonesia belum menunjukkan keseriusannya dalam menghadapi krisis iklim. Hal ini ditunjukkan oleh isu terkini mengenai wacana penghapusan analisis dampak lingkungan untuk mempercepat laju investasi,” kata Dimas.
Menurut dia, isu lainnya datang dari pendanaan energi fosil berupa batu bara yang terus dilancarkan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Kebakaran hutan dan lahan juga masih terus terjadi, tanpa adanya usaha yang mencukupi dalam pencegahan dan penanggulangannya.
“Pemerintah Indonesia seharusnya bisa menjadi pionir dalam pergerakan melawan krisis iklim dengan menjadi negara pertama di Asia Tenggara untuk mendeklarasikan darurat iklim. Jeda Untuk Iklim sebagai bagian dari Global Climate Strike akan diadakan pada hari Jumat, 29 November 2019. Berbagai lapisan masyarakat akan hadir untuk menyuarakan tuntutan kepada pemerintah untuk mendeklarasikan darurat iklim. Jeda Untuk Iklim akan diikuti oleh beberapa kota di Indonesia, termasuk Jakarta, Semarang, Yogyakarta, dan Makassar,” pungkasnya.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post