youngster.id - Setelah pada Oktober lalu memenangkan gelaran UOB Painting of the Year 2016, pada November ini, karya Gatot yang berjudul Right or Wrong My Home, berhasil memenangkan kompetisi seni lukis UOB Southeast Asian Painting of the Year 2016.
Dalam kompetisi yang dilangsungkan di Singapura ini, karya Gatot dinilai unggul dari tiga karya seniman pemenang UOB Painting of the Year 2016 yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Konsep dan teknik yang diusung Gatot terbukti menarik perhatian dewan juri tingkat regional yang terdiri dari perwakilan setiap negara. Tercatat dewan juri adalah kurator independen dan dosen Institut Teknologi Bandung Agung Hujatnikajennong, seniman kontemporer Malaysia Choy Chun Wei, Direktur Institute of Southeast Asian Arts and Art Galleries, Nanyang Academy of Fine Arts Singapura Bridget Tracy Tan, dan seniman Thailand Amrit Chusuwan.
Dewan juri memuji inovasi yang digunakan oleh Gatot dalam menggunakan kayu, yang merupakan media seni tradisional di Indonesia, dan melukiskannya untuk menciptakan karya seni kontemporer yang menarik. Secara seksama dewan juri melakukan observasi terhadap kepiawaian Gatot dalam komposisi dan menciptakan berbagai perspektif di lukisan tersebut untuk menggambarkan ciri khas kota di Asia Tenggara pada umumnya. Dewan juri juga mengapresiasi penggunaan ikon-ikon agar makna yang tergambar dilukisan dapat tersampaikan ke orang-orang yang melihat lukisan tersebut.
Deputy Chairman and Chief Executive Officer UOB Wee Ee Cheong mengatakan UOB tetap berkomitmen untuk mendorong pertumbuhan dunia seni Asia Tenggara dalam jangka panjang.
“Kami menyadari peran penting seni dalam membangun sebuah komunitas. Seni menghubungkan individu dengan komunitas, memperkaya budaya dan menambah nilai kehidupan. Hal yang membuat program seni UOB berbeda dengan program serupa lainnya, adalah fokus kami dalam member manfaat program ini ke masyarakat. Selain membina dan memajukan talenta seniman, kami juga menghubungkan alumni seniman-seniman kami dengan partner dan komunitas, sekaligus memperkenalkan seni kepada anak-anak yang kurang beruntung dan berkebutuhan khusus,” kata Cheong dalam siaran pers baru-baru ini.
Gatot adalah seniman asal Yogyakarta yang juga tercatat selama dua kali memenangkan anugerah UOB Painting of the Year, yakni pada 2011 dan 2016, menuturkan sengaja mengeksplorasi hal-hal baru melalui karyanya.
Kemenangan Gatot ini menjadikan Indonesia sebagai negara pertama yang berhasil memenangkan kejuaraan hingga tiga kali berturut-turut, dari total kemenangan selama empat kali. Kemenangan Indonesia untuk gelaran di tingkat Asia Tenggara ini dimulai pada 2012, melalui karya seniman Y. Indra Wahyu dengan judul The Hymn of School.
Kemenangan kedua didapatkan pada 2014 melalui karya berjudul Old Stock Fresh Menu dari seniman Antonius Subiyanto. Kemenangan ketiga pada 2015, melalui karya seniman Anggar Prasetyo yang berjudul Exploitation of Fish.
Secara teknis Gatot menjelaskan karyanya memiliki tiga tingkat kesulitan mengingat karyanya tidak hanya mencakup seni lukis, tetapi juga kriya. Dia mengaku menemui beberapa kali kegagalan saat proses pembuatan Right or Wrong My Home. “Proses pewarnaan juga dilakukan dua kali, sebelum dan sesudah objek-objek pilihan ditempel sehingga memperlihatkan efek timbul. Saya juga harus mengatur ketebalan dari lukisan sehingga terlihat efek tiga dimensi,” katanya.
“Saya melihat bahwa seni rupa dalam hal ini lukisan tidak hanya bermedium kanvas. Begitu banyak bahan yang dapat dieksplorasi,” tuturnya.
STEVY WIDIA
Discussion about this post