youngster.id - Masalah internet bukanlah perihal yang mudah. Saat ini masih ada sekitar 11% wilayah Indonesia yang belum terhubung sinyal seluler. Wilayah tersebut terdiri dari 5.300 desa, di mana 3.500 desanya berada di wilayah Papua.
Oleh karena itu, digitalisasi madrasah tanpa perlu internet merupakan solusi untuk seluruh madrasah di Indonesia, yang bahkan dapat mewujudkan pemerataan pendidikan antara madrasah yang ada di kota besar hingga madrasah yang berlokasi di daerah 3T sekalipun.
MAN 2 Majalengka dengan 1000 siswanya menjadi salah satu madrasah yang mengawali digitalisasi madrasah tanpa internet dengan memanfaatkan server Kipin MAX, server asesmen digital offline untuk seluruh siswa secara bersamaan di sekolah atau madrasah. Sistem digital tersebut diterapkan pada berbagai kegiatan di sekolah seperti melaksanakan kegiatan asesmen digital yang canggih dan lengkap. Ditambahkan dengan bonus fasilitas untuk menunjang kegiatan belajar berupa ribuan konten pembelajaran yang terdiri dari berbagai jenis, hingga sebuah server perpustakaan digital sekolah.
Guru lebih leluasa berkreativitas dalam membuat model soal dan paket ujian. Yang semula terbatas pada model pilihan ganda saja, kini guru dapat membuat berbagai variasi soal seperti pilihan ganda single answer, multiple answer, benar salah, menjodohkan, isian singkat, hingga esai. Tidak hanya itu, tersedia beberapa model ujian yang salah satunya merupakan Asesmen C yang menjadi favorit Apang Fathurrohman – salah satu guru digital MAN 2 Majalengka, karena guru dapat membuat paket ujian yang berisi beberapa sub paket berbeda sehingga dapat mengetahui kemampuan siswa lebih rinci pada masing masing sub paket atau materi.
Kegiatan asesmen yang sebelumnya membuang banyak waktu guru bahkan sampai 2 minggu untuk mempersiapkan semuanya, kini guru dapat menyelesaikan dalam kurang dari 5 menit karena segala kemudahan fitur dan keunggulan software asesmen Kipin PTO dalam Kipin MAX yang disesuaikan dengan kebutuhan guru dan siswa di Indonesia. Dilengkapi dengan sistem operasi offline tanpa internet, serta notifikasi keamanan yang langsung diterima oleh guru apabila siswa melakukan aksi mencurigakan, maka secara otomatis hal ini juga menekan kemungkinan kecurangan siswa.
“Kegiatan belajar dan mengajar hingga asesmen menjadi lebih praktis, lebih efisien, lengkap dengan referensi melimpah untuk guru sebagai pengajar. Jauh lebih hemat juga karena pelaksanan ujian yang paperless, tanpa boros kertas bahkan tak terbebani oleh kuota,” kata Apang Fathurrohman, Guru MAN 2 Majalengka.
Perjalanan MAN 2 Majalengka mencari fasilitas digitalisasi pembelajaran hingga berhasil menjadi sekolah digital merupakan perjalan yang panjang diawali dari penggunaan sistem E-Learning dari Kemenag, Google Classroom, Google Form, platform Mandiri Belajar dari KOMINFO dan lain sebagainya.
Walaupun masyarakat banyak menganggap digitalisasi kurang cocok untuk madrasah, tidak bagi MAN 2 Majalengka. Madrasah ini berhasil membuktikan bahwa digitalisasi dapat diterapkan oleh seluruh sekolah dan madrasah di Indonesia.
HENNI S.
Discussion about this post