youngster.id - Limbah jerami menjadi masalah yang kerap dialami kaum petani. Pasalnya limbah ini dapat menimbulkan polusi udara dan kerusakan tanah. Masalah ini coba dipecahkan oleh dua mahasiswa ITS dengan membuat Rowster, bangunan pengolahan limbah jerami.
Adalah Rohmah Iftitah dan Rizky Praditya Ardian yang membuat inovasi bernama Zero Waste Straw Burner (Rowster). Karya ini menjadi juara dua dalam acara Unej Creative Competition 2016, awal September lalu.
Rohmah Iftitah menjelaskan, ide awal pembuatan karya tulis tersebut dilatarbelakangi kegelisahannya saat melihat petani yang terbiasa membakar jerami di sawah. Padahal, lanjutnya, pembakaran di lahan jerami tersebut dapat menyebabkan polusi udara dan kerusakan tanah. “Untuk itulah kita menggagas suatu bangunan pengolah limbah jerami yang dapat mengurangi pencemaran udara,” kata Tita, sapaan akrabnya.
Bangunan yang dibuat terdiri dari dua ruang, yakni untuk pembakaran dan pengolahan. Dikatakan Tita, pada saat pembakaran, asap yang dihasilkan akan disedot oleh kipas penyedot dan akan masuk ke bagain pengolahan. Sementara pada bagian pengolahan tersebut terdapat komponen berupa air pengikat dan karbon aktif.
“Asap yang dihasilkan tadi akan bereaksi dengan air pengikat berupa larutan kapur hingga menguap. Setelah itu, uap akan disaring lagi oleh karbon aktif, hingga komponen pencemarnya turun,” lanjut mahasiswa asal Lumajang ini.
Lebih lanjut, Tita mengungkapkan bahwa konsep yang digunakan dalam karyanya ini yakni Zero Waste atau nol sampah. Dengan demikian, benar-benar tidak ada lagi sampah atau limbah tambahan yang dihasilkan. “Limbah jerami setelah dibakar akan menghasilkan abu. Nah, abu ini nantinya dapat digunakan untuk campuran briket, diekstraksi jadi silica, campuran pupuk, dan masih banyak lagi,” paparnya.
Tita mengaku, timnya sempat mengalami kendala selama proses pembuatan karya tulis yang rampung selama sebulan ini . Dikatakannya, saat ini karyanya masih berupa gagasan tertulis berdasarkan landasan teori sehingga belum diketahui data input dan output yang pasti.
Meski demikian, Tita ingin terus mengembangkan karyanya. “Kita ingin benar-benar membuat bangunan tersebut sesuai dengan konsep. Meski dengan ide sederhana, tetapi dapat bermanfaat,” ujarnya mantap.
Di akhir, Tita berharap pengembangan karyanya dapat berjalan lancar. Selain itu, ia juga menginginkan semangat menulis karya tulis juga bisa tumbuh di ITS. “Kampus teknologi ini punya segudang ide mahasiswa yang luar biasa, daripada hanya disimpan lebih baik ditulis dan dipublikasikan,” tutupnya.
STEVY WIDIA
Discussion about this post