Mahasiswi Ini Berbagi Kisah Ikuti Program JuaraGCP Season 7

Jihan Hanifah Yasmin

Jihan Hanifah Yasmin. (Foto: istimewa/youngster.id)

youngster.id - Cloud computing dinilai sebagai ilmu yang lebih diminati dan dimiliki kaum pria. Bahkan ada anggapan bahwa ilmu ini sulit bagi perempuan. Hal ini dipatahkan oleh Jihan Hanifah Yasmin mahasiswi Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia yang terpilih sebagai Program JuaraGCP season 7.

Program JuaraGCP Ini adalah program belajar mandiri online yang memberi pengembang di Indonesia akses ke hands-on Google Cloud lab sambil belajar bersama komunitas rekan yang mendukung. Program JuaraGCP season 7 memberikan para peserta kesempatan mempelajari Cloud Computing dan teknologi Serverless Architecture di Google Cloud Platform dengan akses gratis selama satu bulan ke Google Cloud Skills Boost.

Jihan berbagi pengalamannya tentang mengikuti program JuaraGCP. “Awalnya saya mengikuti JuaraGCP untuk mengisi liburan karena tidak ada kegiatan lain selain menjalankan agenda kepanitiaan di kampus dan online course. Selain itu, saya juga mengeksplorasi lebih jauh tentang berbagai bidang yang ada di dunia IT. Saya merasa ini merupakan kesempatan bagus untuk memenuhi keinginan dan juga rasa penasaran terhadap materi dan lab-lab yang ditawarkan. Tambah menarik dengan peserta yang berhasil menyelesaikan minimal 8 atau 14 quest juga akan diberikan merchandise,” ungkap Jihan dalam keterangannya, Selasa (8/3/2022).

Program JuaraGCP ini berlangsung pada 13-30 Januari 2022. Menurut Jihan, selama tiga minggu mengikuti JuaraGCP, perempuan berusia 20 tahun ini berhasil menyelesaikan 8 quest. Mulai dari Google Cloud Essentials, Cloud SDK Command Line, Cloud Logging, Optimizing Your Google Cloud Cost, Google Cloud’s Operation Suite, Understanding Your Google Cloud Cost, Perform Foundational Infrastructure Task, dan Create and Manage Cloud Resources.

JuaraGCP menghantarkan Jihan untuk mempelajari cloud computing. Sebelumnya, ia tidak pernah terpikir dan tidak memiliki pengetahuan tentang hal tersebut, selain pengetahuan tentang bahasa pemrograman, Python.

“Ketika mengikuti challenge lab pertama di Create and Manage Cloud Resources quest, saya sampai mengulangnya sebanyak dua kali. Namun anehnya, bukannya ingin menyerah, saya justru semakin penasaran dan memiliki keinginan lebih untuk bisa menyelesaikannya. Setelah itu, saya mulai mencari tahu tentang cloud computing dan tertarik dengan konsep kerjanya,” cerita Jihan.

Menurut Jihan, hal yang paling menarik dari program ini adalah hands-on lab yang disediakan selama program berlangsung. Jadi, peserta tidak hanya membaca materi, tetapi juga bisa langsung mempraktekannya. Hands-on lab itu sangat membantunya mengetahui gambaran yang lebih jelas tentang cloud computing.

Mahasiswi yang juga bergabung di Google Developer Students Clubs ini menyampaikan, anggapan bahwa cloud computing sulit bagi perempuan tidak sepenuhnya benar. “Anggapan tersebut sama sekali tidak mempengaruhi saya karena saya sendiri tidak pernah berpikir bahwa cloud computing ini susah karena saya perempuan. Jika memang saya merasa kesulitan, berarti itu hanya diri saya yang perlu memberikan usaha lebih, tidak ada sangkut pautnya dengan gender saya. Fokus saya yang penting saya tertarik dan saya ingin belajar agar bisa,” ungkapnya.

Jihan menambahkan, saat ini ruang/sarana untuk belajar sudah sangat banyak seperti online course, tutorial di YouTube, buku, dan situs-situs yang bisa didapatkan lewat Google. “Perempuan juga diberikan kebebasan untuk memilih hal yang ingin dipelajarinya sehingga saya harap teman-teman puan di luar sana bisa memanfaatkan hal ini dengan baik,” pungkasnya.

STEVY WIDIA

Exit mobile version