youngster.id - Cakupan sektor energi yang luas, mulai dari minyak dan gas, pertambangan hingga ketersediaan listrik, menjadikan sektor energi memiliki kontribusi yang signifikan dalam Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang mencapai angka Rp 216,5 triliun atau 181% lebih tinggi dari target APBN 2018.
Dalam upaya menjaga produktivitas, sektor energi perlu mengambil langkah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi perusahaan khususnya di era transformasi digital saat ini, termasuk di antaranya melalui adopsi teknologi.
Langkah transformasi digital dapat dimulai dari pengumpulan dan pemanfaatan data sebanyak mungkin untuk diolah menjadi actionable insights, terutama di era digital, di mana interaksi yang kita lakukan setiap hari bertransformasi menjadi data yang perlu dikelola dengan baik. Demikian diungkapkan sejumlah peneliti dalam seminar diseminasi hasil riset bertema “Klasifikasi Data di Era Komputasi Awan” yang digelar oleh Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada, Selasa (19/2/2019) di Jakarta.
Treviliana Eka Putri, Peneliti CfDS mengungkapkan, komputasi awan memberikan kesempatan bagi pelaku industri untuk menciptakan efektivitas dan efisiensi melalui migrasi pusat data.
“Dalam upaya tersebut, pelaku industri membutuhkan data-data yang strategis untuk diolah menjadi actionable insights, yang dapat dilakukan dengan klasifikasi data. Klasifikasi data penting juga mengurangi potensi serangan siber mengingat pelaku industri pasti menyimpan informasi-informasi yang bersifat strategis seperti data di industri pertambangan, target dan produksi terkini hingga laporan keuangan yang mengukur kinerja perusahaan,” ungkapnya.
Data yang dikelola dengan baik dapat diimplementasikan di segala lini, mulai dari produksi, operasional hingga distribusi. Sebagai platform penyimpanan data-data tersebut, pelaku industri mengadopsi komputasi awan dan memindahkan pusat data di awan, yang menawarkan fleksibilitas dalam memantau dan mengelola data demi keberlangsungan bisnis.
Menurut Treviliana, klasifikasi data merupakan aktivitas pengategorisasian data berdasarkan aspek kerahasiaan dan dampaknya terhadap aktivitas bisnis. Implementasi klasifikasi data dapat memaksimalkan adopsi komputasi awan di era digital ini dan apabila diimplementasikan dengan baik, komputasi awan menciptakan efisiensi pada biaya operasional, pengawasan secara real-time kendati dalam jarak jauh serta peningkatan produktivitas pekerja karena informasi terkait pekerjaan yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja.
Komputasi awan dapat mengubah industri energi dengan menampung data untuk menambah kemampuan komputer dalam mendukung kegiatan analisis, seperti geospasial dan model seismik. Dari segi produksi, komputasi awan dapat meningkatkan kinerja untuk operasional yang lebih besar dengan biaya yang lebih efisien, penyebaran geografis eksplorasi dan produksi, memperluas operasi ke daerah baru dengan cepat dengan biaya yang efektif serta membantu menciptakan lebih banyak peluang bisnis. Sedangkan khusus bagi perusahaan minyak dan gas, komputasi awan dapat meningkatkan kinerja terutama dalam memberikan kelancaran operasional sehari-hari dan mengelola risiko terputusnya komunikasi data antara unit eksplorasi dengan kantor pusat seperti data sumber daya alam, pemetaan dan eksplorasi sumber daya alam.
“Pelaku indutri berpacu untuk mengadopsi teknologi, sementara kebijakan masih berbicara tentang regulasi pusat data on-premise. Diseminasi hasil penelitian ini adalah langkah progresif dari kami untuk meningkatkan pemahaman tentang peran krusial klasifikasi data dalam komputasi awan. Di sisi lain, pemerintah merancang kebijakan untuk klasifikasi data yang sejalan dengan transformasi digital guna menjaga masa depan sektor energy,” ungkapnya.
STEVY WIDIA
Discussion about this post