youngster.id - Dilandasi pemahaman bahwa keberhasilan bukan hanya tentang nilai akademis, tapi lebih penting dari itu adalah nilai sosial: bagaimana seseorang memberi kembali kepada masyarakat, Tiara Prasetyaningtyas yang ketika itu masih kuliah di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada atas beasiswa S1 dari Tanoto Foundation, mendirikan Agni Project.
Agni Project adalah inisiatif pemberdayaan penyandang disabilitas di Yogyakarta yang terinspirasi dari komunitas UMKM kreatif di kota asal Tiara. Ia melihat celah di mana para penyandang disabilitas sering kali tak terjangkau oleh sistem kerja formal.
“Suatu saat saya bertanya ke teman-teman UMKM, ‘kalian tahu nggak penjahit yang disabilitas?’ Ternyata ada, tapi mereka belum terorganisir,” ungkap Tiara, dikutip Selasa (29/4/2025).
Oleh karena itu, Tiara menjalankan Agni Project sebagai wadah kolaborasi bagi para difabel fisik. Mereka diajari untuk memproduksi barang-barang kreatif seperti tas kecil dan dompet dari sisa kain UMKM, lalu dipasarkan melalui hotel-hotel dan pameran lokal.
Tak hanya menciptakan produk, Agni Project juga membangun ekosistem inklusif yang memberdayakan kelompok tersebut.
“Kami bantu mereka bukan karena kasihan, tapi karena mereka mampu. Yang mereka butuhkan itu bukan belas kasih, tapi kesempatan yang setara,” tegas Tiara.
Kini, sedikitnya 25 penyandang disabilitas terlibat dalam proyek ini, dengan sekitar 100 produk terjual tiap bulan. Dari penjualan produk tersebut, beberapa pekerja disabilitas bahkan mampu memenuhi kebutuhan sendiri dan membantu perekonomian keluarga.
“Meski mereka belum sampai bisa mendanai untuk pendidikan tinggi, perubahan kesejahteraan mereka nyata,” kata Tiara.
Dalam perkembangannya, Agni Project juga menarik perhatian sejumlah pihak, hingga kemudian memperoleh pendanaan dari sebuah lembaga internasional yaitu Greenheart International karena keselarasan visi proyek yang dijalankan Tiara dengan aspek sustainability. Agni Project mendapat dana Greenheart’s Global Impact Grant sebesar US$1000 pada tahun 2019 dan 20222.
Tiara bertekad untuk memanfaatkan hibah ini guna membantu komunitasnya mendukung gerakan fesyen tanpa limbah, menggerakkan pasar lokal, serta menciptakan lapangan kerja bagi penyandang disabilitas.
“Greenheart percaya dalam menghubungkan manusia dan alam melalui perdagangan yang adil, pengembangan pribadi, gerakan lingkungan, dan kegiatan sukarelawan. Program pertukaran budaya kami membantu menciptakan pemimpin global dengan membangun saling pengertian dan memupuk diplomasi. Greenheart juga mendorong para alumninya untuk berkontribusi kembali kepada komunitas mereka melalui Global Impact Grant,” kata pihak Greenheart.
Tiara menempuh pendidikan di Martha Layne Collins High School melalui Program YES Greenheart pada tahun 2014–2015, serta berpartisipasi dalam The Greenheart Global Leaders Conference pada tahun 2019. Setelah lulus dari UGM, Tiara melanjutkan studi S2-nya di University of Melbourne di Australia.
Saat ini, Tiara bekerja sebagai pengacara asosiasi yang berspesialisasi dalam kasus-kasus bisnis dan banyak terpapar berbagai permasalahan yang disebabkan oleh pabrik-pabrik fesyen.
STEVY WIDIA