Mengemas Musik Tradisional Agar Tetap Relevan di Telinga Generasi Muda

musik tradisional

Mengemas Musik Tradisional Agar Tetap Relevan di Telinga Generasi Muda (Foto: Ilustrasi/Kompas.com)

youngster.id - Banyaknya suku bangsa yang mendiami kepulauan Indonesia melahirkan beragam seni budaya dari masa ke masa, tak terkecuali lagu daerah dan instrumennya. Dalam perjalanannya, produk kultur tersebut menjadi bagian dari identitas bangsa. Namun tantangan muncul tatkala musik dari negara-negara lain menggempur telinga masyarakat Tanah Air.

Menyikapi hal tersebut, musisi senior Viky Sianipar berpendapat bahwa mengolah musik tradisional dengan cara yang tepat telah menjadi suatu tantangan yang perlu diatasi.

“Di dunia musik tradisional menurut saya yang kurang itu pengemasannya, karena kurang dan tidak ada pengarahnya. Akhirnya, pelaku-pelaku instrumen berusaha mengemas dengan pengetahuan yang minim,” kata Viky, Sabtu (15/7/2023).

Profesor Sumanto Al Qurtuby yang juga seorang pakar antropologi dari King Fahd Petroleum University menambahkan bahwa, “Semua ini tergantung bagaimana kreativitas para pelaku seniman dan musisi musik tradisional tentang cara mengemas dan beradaptasi dengan proses perubahan zaman. Musik tradisional yang tidak bisa beradaptasi otomatis akan ditinggalkan, tapi musik tradisional yang bisa beradaptasi akan survive dan berkembang”.

Di sisi lain, pemerintah juga menyiapkan langkah untuk memastikan musik tradisional tetap mendapat tempat di telinga masyarakat.

Koordinator Apresiasi dan Literasi Musik, Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Edi Irawan mengatakan perlu upaya perlindungan dan pengembangan ekosistem musik tradisional dengan memfasilitasi serta memberikan kesempatan kepada musisi muda Indonesia untuk mengembangkan karya mereka.

“Siapa yang akan mendengarkan karya musik tradisional, jika tidak ada apresiatornya. Jadi yang perlu kita lakukan tidak hanya mengembangkan ‘pengemasan’ musik tradisional, namun membangun minat masyarakat Indonesia akan musik tradisional. Musik adalah bahasa universal dan saya yakin dengan segala kekhasannya, musik tradisional Indonesia dapat meraih panggung internasional,” kata Edi.

Sementara itu, dari pihak swasta yang punya perhatian dalam melestarikan ragam seni, budaya, dan tradisi nusantara adalah Bank BCA melalui program Bakti Budaya. Program ini mengusung kolaborasi dengan sejumlah pelaku kesenian dan industri kreatif, merangkul generasi muda untuk turut melestarikan budaya bangsa, serta diselenggarakan secara holistik di penjuru tanah air.

Direktur BCA Antonius Widodo menjelaskan bahwa BCA senantiasa menempatkan diri sebagai perbankan nasional yang mendukung pemerintah dan komunitas seni & budaya dalam pelestarian dan kemajuan kebudayaan dalam berbagai bentuk, tak terkecuali musik tradisional.

“Perwujudan komitmen BCA dalam memajukan seni, budaya, dan tradisi nusantara lainnya telah dilakukan sejak 2019. Program ini mencakup kompetisi, penghargaan publikasi karya seni, dan lainnya. Dalam pelaksanaannya, BCA melibatkan langsung generasi muda agar turut aktif dalam melestarikan sekaligus mengembangkan seni budaya sesuai dengan ragam bahasa masa kini,” kata Antonius.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version