Menggarap Potensi Pasar Game Indonesia

Anak bisa kecanduan game internet. (Foto: Istimewa/Youngsters.id)

youngster.id - YOUNGSTERS.id – Potensi industri game di Indonesia sangat menjanjikan. Perhatikan saja, di antara negara-negara Asia Tenggara, tingkat pertumbuhan game di Indonesia adalah yang terbesar dengan pertumbuhan investasi sebesar 45% dan pendapatan sebesar US$ 321 juta (sekitar Rp 4,4 triliun).

Namun, dari pendapatan sebesar itu, hanya 10% yang dikuasai oleh pemain lokal. Angka tersebut diprediksi akan menyusut menjadi 3% saja pada tahun 2019 jika pemerintah tidak bekerja sama dengan seluruh komunitas industri game di Indonesia dan menjadikannya sebagai “kunci kontributor pertumbuhan ekonomi nasional”.

Itulah poin-poin yang mengemuka dalam Diskusi Rencana Pengembangan Industri Game Indonesia pada 18 Januari 2016 lalu. Diskusi tersebut dihadiri Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, dan para industri game Indonesia.

Para pelaku industri game berharap, pada tahun 2020 nanti, setidaknya 50% pasar game Indonesia mampu dikuasai oleh pelaku industri lokal berkat terjalinnya kerja sama dengan pemerintah.

“Potensi industri game yang sangat besar mendorong pemerintah untuk serius menatanya sebagai sektor tersendiri dan segera melaksanakan seluruh program kerja sebelum momentumnya terlewatkan,” ujar Triawan. Diperlukan tagline khusus untuk mempromosikan game dari Indonesia. Contohnya ‘Great Indonesian Game’, sehingga lebih mudah mendapatkan perhatian dari pasar lokal maupun internasional,” tambahnya.

Dalam diskusi tersebut, diperoleh beberapa kunci acuan untuk rencana kerja dalam mencapai target tersebut adalah:

  1. Promosi bersama secara langsung maupun lintas sektor seperti pariwisata, event industri, dan bantuan humas
  2. Matchmaking dengan penerbit global
  3. Kewajiban menyajikan konten lokal pada game global sebagai bagian dari transfer knowledge
  4. Kerja sama lokal atau perlindungan kepemilikan perusahaan (proteksi investasi asing) untuk melindungi para pelaku industri lokal agar dapat memiliki waktu untuk bertumbuh
  5. Akses pendanaan seperti linkage banking/non bankinggrant/loan untuk pengembangan produk lokal
  6. Pengembangan SDM melalui akselerasi kurikulum dengan tujuan mereduksi ketimpangan tingkat keahlian antara kebutuhan industri dengan lulusan sekolah formal
  7. Pemberian insentif pajak atas sebuah kawasan industri khusus

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version