Menyiasati Anggaran HR Dengan Strategi Budgeting dan Adopsi Teknologi Digital

Karyawan

Pandemi Menggerus Kesejahteraan Finansial Karyawan di Indonesia (Foto: Ilustrasi)

youngster.id - Awal tahun menjadi momen perusahaan menggelar kick-off meeting untuk mengumumkan target dan strategi bisnis yang baru.

Tentunya, target perusahaan tak akan tercapai tanpa kontribusi yang optimal dari karyawan. Disinilah divisi Human Resources (HR) punya pengaruh besar dalam mengelola karyawan agar lebih betah, semangat, dan produktif dalam bekerja.

Group Chief Operating Officer VENTENY Damar Raditya mengatakan, pertumbuhan perusahaan akan berbanding lurus dengan pertumbuhan karyawan. Misalnya, perusahaan ingin meningkatkan revenue. Langkah pertama, perusahaan harus menciptakan stabilitas antara perusahaan dan karyawan. Karyawan membutuhkan pelatihan, benefit atau perks, dan juga kompensasi yang memadai, agar dalam bekerja mereka merasa nyaman dan engage dengan perusahaan.”

“Strategi budgeting yang tepat sangat dibutuhkan agar stabilitas perusahaan dan karyawan tetap terjaga, serta membantu perusahaan untuk meningkatkan revenue.” ujar Damar, dalam keterangan tertulisnya, Senin (24/1/2022).

Salah satu strategi budgeting yang dapat diterapkan perusahaan ialah activity-based budgeting (ABB), atau anggaran berbasis aktivitas. Metode ini mencatat dan menganalisis variabel biaya pada suatu aktivitas. Berbeda dengan sistem budgeting tradisional yang membuat perkiraan biaya berdasarkan biaya historis, ABB memperhitungkan cost driver yang spesifik pada setiap aktivitas, seperti gaji karyawan dan jam kerja.

Metode ABB memungkinkan divisi HR untuk menilai berbagai aspek serta biaya terkait karyawan secara komprehensif, dan memproyeksikan dampaknya dengan target perusahaan. Di sisi lain, metode budgeting yang kritis ini turut membantu perusahaan melakukan efisiensi anggaran.

Selain metode budgeting, VENTENY juga mengajak divisi HR meningkatkan adopsi teknologi digital agar alokasi serta pemanfaatan budget lebih efisien dan strategis. Kini adopsi teknologi bagi divisi HR tidak sebatas urusan rekrutmen dan administrasi saja, melainkan sudah berkembang sampai urusan pemenuhan kebahagiaan dan produktivitas karyawan.

Aspek kebahagiaan dan produktivitas karyawan yang patut diperhatikan perusahaan adalah kesempatan pengembangan diri. Dalam kurun waktu enam tahun terakhir, anggaran untuk aspek ini meningkat sebanyak 14.2% di Amerika Serikat.  68% dari pemimpin divisi HR menilai bahwa pengembangan critical skill individu untuk beradaptasi pada industri yang kompetitif semakin dibutuhkan, terutama di tahun-tahun mendatang. Ini menandakan perusahaan semakin serius berinvestasi pada pertumbuhan karyawan.

Selain pengembangan skill, aspek kompensasi dan benefit untuk karyawan juga menjadi bagian utama dari anggaran HR. Jika gaji adalah upah, maka benefit adalah biaya tidak langsung yang dibayarkan perusahaan atas kontribusi karyawan seperti asuransi dan tunjangan.

Pemberian kompensasi dan benefit untuk karyawan juga menjadi salah satu faktor retensi karyawan terbesar. Menurut Biro Statistik Tenaga Kerja US tahun 2019, benefit memakan 31.4% biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dalam mempekerjakan karyawan, sementara gaji memakan 69%. Benefit dan kompensasi yang diterima karyawan mempengaruhi 10% keputusan para karyawan untuk tetap melanjutkan posisi pekerjaan mereka di perusahaan terkait.

“Kami berharap, layanan VENTENY yang diadopsi oleh divisi HR dapat membawa dampak yang signifikan bagi pengelolaan anggaran, kepuasan karyawan, dan pada akhirnya peningkatan performance perusahaan juga,” tutup Damar.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version