youngster.id - Setelah mendapat predikat sebagai dewan lokal keempat di Asia Pasifik, The Mobile Marketing Association (MMA) Indonesia Chapter telah resmi mengumumkan pembentukannya pada 19 Desember 2018 lalu.
Shanti Tolani, Country Manager MMA keberadaan MMA Indonesia untuk mempercepat transformasi dan inovasi pemasaran melalui seluler. Menjadi salah satu dari 10 negara yang paling aktif berinternet seluler di tataran global.
“Indonesia memiliki potensi untuk menjadi salah satu pasar yang paling menarik di industri pemasaran seluler dan oleh karena itu MMA hadir untuk membantu menciptakan lanskap pemasaran seluler yang berkelanjutan di Indonesia,” ujar Shanti Tolani, Country Manager MMA kepada media Kamis (28/2/2019) di Ocha Bella Resto Jakarta.
MMA merupakan asosiasi perdagangan global yang menyatukan seluruh ekosistem pemasar, agensi iklan, penyedia dan penjual teknologi dengan representasi dan keterlibatan dari tingkat tertinggi, diibuktikan oleh dewan direksi.
Hemant Bakshi, Chairman MMA Indonesia dan Chairman PT Unilever Indonesia Tbk, mengatakan merk dan agensi sama harus sama-sama teguh dalam melayani populasi pengguna seluler yang besar di Indonesia.
“Untuk itu, melalui solusi inovatif dan mematuhi praktik dan pedoman terbaik industri, merk dapat memanfaatkan jangkauan luas pemasaran seluler untuk meningkatkan tingkat keterlibatan konsumen,” jelas Hemant.
“Transformasi tentunya dibutuhkan untuk melihat ke masa depan dan membangun visi dan strategi untuk sampai kesana. Kami bermaksud menjaga tema global #shapethefuture hingga 2019 dan telah merancang serangkaian kegiatan dan program untuk pasar Indonesia,” sambung Shanti Tolani,
Selain kalender kegiatan yang dibahas lebih awal dalam kesempatan MMA juga berbagi tren pemasaran seluler untuk 2019 diantaranya :
1. Era baru pembayaran seluler
Indonesia telah cukup adaptif dengan inovasi dompet seluler sebagai metode pembayaran. Jumlah pengguna terus bertambah dan akan mengalami implementasi yang signifikan dalam
waktu dekat.
2. Konsumsi video dan tayangan vertikal yang meningkat.
Konsumsi video tumbuh secara signifikan pada tahun 2018, di mana Telkomsel melihat peningkatan 59% dalam penggunaan data (volume per pengguna) di jaringan mereka. Ini diidorong oleh meningkatnya pasokan konten video dari penerbit, pembuat, dan konten buatan pengguna.
3. Peningkatan volume konten berlangganan dibandingkan konten gratis.
Konsumsi konten berbasis langganan terus meningkat. Di Telkomsel pertumbuhannya adalah 22%, hampir dua kali lipat pertumbuhan konsumsi konten gratis (12%). Meskipun jumlah pengguna jauh lebih rendah, pengguna platform berbayar mengonsumsi 7,4 lebih banyak data
dari pada platform gratis.
4. Adopsi pemasaran percakapan
Merek telah mulai memanfaatkan chatbot dan kecerdasan buatan yang muncul untuk memperluas jangkauan mereka dan mendukung upaya pemasaran mereka dengan melibatkan konsumen pada tingkat pribadi dan langsung.
5. Game seluler untuk semua orang
Penelitian terbaru oleh Pokkt, Decision Labs, dan MMA menemukan bahwa ada 60 juta gamer seluler di Indonesia dan akan terus meningkat sebesar 100 juta pada tahun 2020. Yang menarik, dunia permainan tidak didominasi oleh pemuda laki-laki. Faktanya, 51% gamer Indonesia adalah perempuan dan 41% berusia 35 tahun ke atas.
6. Tumbuhnya kesadaran AdFraud (Penipuan Iklan)
Penipuan iklan seluler di Indonesia adalah yang terbesar kedua di dunia. Namun, sebagian besar pengiklan Indonesia masih tidak memantau penayangan iklan dan bahkan tidak mengetahui masalah tersebut.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post