youngster.id - Peer-to-peer lending (p2p) merupakan sebuah platform teknologi yang mempertemukan secara digital peminjam yang membutuhkan modal usaha dengan pemberi pinjaman. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan pertumbuhan penyaluran dana melalui skema ini naik 600%.
Pendanaan gotong royong online di Indonesia memang menawarkan fleksibilitas. Pemberi pinjaman dan peminjam dapat mengalokasikan dan mendapatkan modal atau dana hampir dari dan kepada siapa saja, dalam jumlah nilai berapa pun, secara efektif dan transparan, serta dengan imbal balik yang kompetitif. Ternyata kegiatan ini telah mencapai Rp 1,6 triliun hingga kuartal-III tahun ini.
“Tidak hanya jumlah dan nilai transaksinya yang mengesankan, pertumbuhan fintech peer-to-peer lending juga terbukti dari menjamurnya jumlah pelaku usaha dan jenis layanan yang ditawarkan,” ungkap Riswinandi Anggota Dewan Komisioner OJK, Kepala Eksekutif Pengawas IKNB, di sela-sela acara OJK Fintech Days 2017 belum lama ini di Makassar.
Dia menyebutkan, hingga Q3 2017 penyaluran kredit p2p lending sudah mencapai Rp 1,6 triliun atau naik lebih dari 600% YoY. Sementara itu, nilai pendanaan di luar Pulau Jawa meningkat sebesar 1.074 persen sejak akhir tahun lalu menjadi Rp 276 miliar. Hal tersebut didukung adanya peningkatan jumlah pemberi pinjaman (lender) di luar pulau Jawa sebesar 784%, begitu juga dengan jumlah peminjam (borrower) yang meningkat sebesar 745%.
Peningkatan ini menjadi bukti industri Fintech p2p lending dapat membantu program pemerintah untuk membangun Indonesia dari daerah pinggiran. OJK mencatat sampai saat ini terdapat 25 perusahaan fintech p2p lending yang sudah terdaftar atau mendapatkan izin dari OJK, 33 perusahaan sedang dalam proses pendaftaran, dan 27 perusahaan sudah menyampaikan minat untuk mendaftar, sehingga secara total sampai dengan saat ini terdapat 85 perusahaan pinjam meminjam berbasis teknologi (p2p lending) yang beroperasi di seluruh Indonesia.
Adapun, pelaku p2p lending di tanah air antara lain: Pinjamwinwin, Crowdo Indonesia, KIMO, Danamas, UangTeman, Akseleran, Investree, Modalku, KlikACC, Koinworks, Pendanaan, TaniFund, Amartha, Karapoto.
Data OJK menunjukkan bahwa masih terdapat 49 juta UKM di Indonesia yang belum bankable dan membutuhkan akses terhadap pinjaman. Selain itu, terdapat kesenjangan pembiayaan pembangunan sebesar Rp 1.000 triliun setiap tahun. Saat ini institusi keuangan yang ada hanya mampu menyerap kebutuhan sekitar Rp 700 triliun dari total kebutuhan sebesar Rp 1.700 triliun tiap tahunnya. Indonesia juga masih dihadapkan pada permasalahan tidak meratanya ketersediaan layanan pembiayaan di mana 60 persen dilaporkan masih terkonsentrasi di Pulau Jawa.
“Oleh karenanya, layanan p2p lending diharapkan dapat menjadi angin segar untuk menyiasati tantangan tersebut dengan menghadirkan solusi khas fintech yang praktis, lincah dan diciptakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” kata Riswinandi yang dilansir Antara.
STEVY WIDIA
Discussion about this post