youngster.id - Indonesia memiliki potensi besar di sektor ekonomi digital. Perkembangan teknologi artificial intelligence (AI), dan data center menjadi salah satu kunci mendorong pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan capai 8% di periode 2024-2029.
Sekjen Partnership Kolaborasi Riset dan Inovasi Kecerdasan Artifisial (KORIKA) Sri Safitri mengatakan, teknologi menjadi enabler untuk akselerasi pertumbuhan ekonomi 8%.
“Digitalisasi jadi kunci mendongkrak ekonomi 8%, agar Indonesia tidak terjebak jadi negara middle income trap, karena jika dalam 2030-2035 Indonesia tidak memanfaatkan potensi yang ada maka selamanya Indonesia akan jadi negara kelas menengah,” katanya dalam diskusi IndoTelko Forum bertema “Unlocking Digital Economy for 8% Growth” Selasa (3/9/2024) di Jakarta.
Safitri membeberkan pentingnya kecerdasan buatan atau AI sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi nasional di Indonesia. “Sebab, AI mampu mendorong efisiensi, inovasi, dan daya saing di berbagai sektor,” ujarnya.
Sementara itu, Pendiri Indonesia Digital Society Forum (IDSF) Muhammad Awaluddin mengatakan, butuh orkestrasi yang matang untuk mengoptimalkan ekonomi digital.
“Dukungan dan pondasi yang kokoh yang dibangun harus jadi dorongan terhadap pertumbuhan ekonomi yang maksimal, pasar kita besar harusnya kita jangan jadi sekadar objek pasar yang kita enggak dapat banyak manfaat,” kata Awaluddin
Hal senada disampaikan editor buku Strategi Transformasi Bangsa, Prabowo Subianto, Dirgayuza Setiawan.
“Kunci pertumbuhan 8% adalah kolaborasi, kebersamaan. Butuh kerja sama yang kuat swasta dan pemerintah. Semua perlu duduk bareng dengan time frame yang sedikit. Selain itu, kita harus berbicara bahasa yang sama, yakni bahasa peluang. Kita harus melihat peluang dunia yang sama dan kita perlu pahami kemampuan kita agar bisa ajak para mitra agar bisa bertumbuh bersama Indonesia,” katanya.
Dirgayuza mengungkapkan, salah satu strategi mencapai pertumbuhan ekonomi 8% dengan mendukung pembangunan AI data center. Sebab, dalam 5 tahun ke depan kapasitas data center dunia akan naik jadi 95 GW dari saat ini 57 GW, dengan pasokan dari Energi Baru Terbarukan (EBT) selama 24/7, dimana saat ini sekitar 14 sen per Kwh. Menurut dia, kehadiran AI Data Center juga akan berimplikasi ke sektor lainnya.
Dia mencontohkan, Meta menggunakan 13 GW dari 57 GW, mereka juga investasi ke geothermal. Ini bisa jadi peluang power purchase agreement bagi perusahaan geothermal RI, terutama di Jawa dan Sumatera.
Disisi lain CEO PT DCI Indonesia Toto Sugiri mengungkapkan, pengembangan data center bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. “Apalagi belakangan ini pelaku industri global semakin memperhatikan listrik aman, harga murah, serta energi hijau,” katanya.
Menurut Toto, AI tanpa data itu “bodong”, untuk itu perlu dipikirkan bagaimana negara meng-generate data yang besar karena penduduk Indonesia juga besar.
Asisten Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan RI Doni Ismanto Darwin menyatakan, agar pertumbuhan ekonomi 8% terealisasi di era Prabowo-Gibran nantinya, semua pihak berkolaborasi dan konsisten dengan regulasi yang ada. “Penggelaran kabel bawah sebagai penunjang ekonomi digital dapat membangkitkan geliat investasi nasional yang mengantarkan pada kemakmuran,” pungkasnya.
STEVY WIDIA