youngster.id - Unicorn Tanah Air, PT Visionet Internasional (OVO) meluncurkan mesin jual otomatis berbasis digital (smart vending machine), bernama OVO Smartcube. Perusahaan teknologi finansial (fintech) pembayaran ini berencana menyediakan 500 mesin hingga akhir tahun depan.
Chief Data Officer OVO Vira Shanty mengklaim, produk terbarunya ini merupakan smart vending machine pertama di Indonesia yang memiliki kemampuan analisis data secara real-time. OVO Smartcube akan merekam tingkah laku dan demografi pelanggan.
Data yang direkam meliputi usia, jenis kelamin, lokasi, kemampuan berbelanja (spending power) hingga perangkat (device) yang digunakan seperti ponsel atau tablet, termasuk tipenya. “Maka, mesin ini mampu menyesuaikan produk dan layanan dengan kebutuhan dan kebiasaan pengguna,” kata Vira dalam keterangannya, Selasa (15/10/2019) di Jakarta.
Peluncuran tahap pertama OVO Smartcube dilakukan pada Juli lalu. “Kami target jadi 100 akhir tahun ini, 500 pada 2020, dan 1.000 pada akhir 2021,” kata Vira. Untuk bisa meluncurkan mesin jual otomatis, OVO bekerja sama dengan Kinetica, Cloudera, dan Informatica.
Menurut dia, ide awal produk ini adalah untuk membuat data ekosistem OVO dapat berperan bukan hanya interaksi ke pelanggan tetapi juga mitra. Untuk itu, mesin ini mampu mengevaluasi preferensi konsumen dan menyediakan informasi secara instan dan akurat. Ia mencontohkan, kapan saja pengguna banyak berbelanja hingga produk yang paling banyak dibeli.
“Informasi yang dikumpulkan oleh mesin ini dapat diakses oleh mitra pemegang merek (brand) OVO, dalam bentuk insight. Ini bisa dimanfaatkan oleh brand mitra untuk memberikan penawaran yang sesuai dengan target,” kata dia.
Untuk mendukung analisis data itu, OVO Smartcube dilengkapi dengan beberapa fitur. Di antaranya contoh produk (product sampling), penjualan (selling), survei, pemasangan iklan (advertising), isi ulang (top up), program loyalitas seperti voucher, dan video iklan. Dewasa ini, menurutnya layanan mulai berfokus pada minat konsumen (consumer centric). Karena itu, menurutnya divisi pemasaran perlu mengidentifikasi perjalanan interaksi konsumen terhadap merek mereka dan menjadikan konsumen sebagai prioritas.
Berdasarkan data internal OVO, 81% konsumen ingin pemegang merek memahami mereka dengan lebih baik. Lebih dari 55% marketer menggabungkan data insight dan umpan balik (feedback) konsumen untuk personalisasi konten. Lalu, 94% marketer berfokus pada kemampuan analisis data, teknologi personalisasi, dan profil pelanggan dalam memberikan pengalaman yang sesuai. “Marketer kini berlomba-lomba untuk melakukan pendekatan pemasaran yang berpusat pada konsumen,” kata dia.
Saat ini, ada beberapa pemegang merek yang sudah bekerja sama dengan OVO untuk mendapat insight. Di antaranya kosmetik asal Korea Selatan, makanan dan minuman. “Ini misinya adalah terkait analitik,” kata Vira. Ia menegaskan bahwa data yang disampaikan ke mitra bukan bersifat pribadi, melainkan dalam bentuk ringkasan perbandingan (agregasi summary) atau insight.
STEVY WIDIA