Pandemi Menggerus Kesejahteraan Finansial Karyawan di Indonesia

Karyawan

Pandemi Menggerus Kesejahteraan Finansial Karyawan di Indonesia (Foto: Ilustrasi)

youngster.id - Pandemi COVID-19 telah berdampak besar pada kesejahteraan finansial karyawan di Indonesia. Sebanyak 74% karyawan percaya bahwa kesejahteraan finansial mereka memburuk selama pandemi.

Hal itu terungkap dari hasil riset Mekari bertajuk Mekari Whitepaper: Laporan Kesejahteraan Finansial Karyawan 2022 oleh Mekari. Riset dilakukan pada lebih dari 5.500 karyawan dan 300 perwakilan divisi Sumber Daya Manusia (SDM) dari ragam jabatan dan perusahaan di Indonesia. Para karyawan mayoritas berkecimpung di sektor teknologi, distribusi, ritel, layanan keuangan, hospitality, dan lain-lainnya.

Mekari sendiri memiliki aplikasi atau platform bernama MekariFlex yang dapat memudahkan perusahaan untuk memberikan tunjangan atau manfaat lain selain gaji (flexible benefits) kepada karyawan. MekariFlex juga memungkinan perusahaan untuk dapat memberikan akses lebih awal atas gaji yang telah menjadi hak karyawan (earned wage access atau EWA).

Jansen Jumino, Financial Services Director Mekari mengatakan, sebanyak 70% dari karyawan yang disurvei mengungkapkan bahwa pendapatan mereka cukup untuk kebutuhan sehari-hari, dan hanya 14% mengakui bahwa kesejahteraan finansial mereka di atas rata-rata.

“Karyawan Indonesia memainkan peran signifikan saat pandemi karena mereka menjadi motor pendorong kinerja perusahaan. Namun, kesejahteraan finansial mereka tergelincir ke bawah rata-rata karena pendapatan mereka tidak lagi memadai untuk membiayai pengeluaran tidak terduga atau kebutuhan hidup apabila di-PHK,” kata Jansen, Jumat (7/10/2022).

Riset menunjukkan bahwa karyawan umumnya membutuhkan Rp4 juta per tahun untuk menutupi pengeluaran tidak terduga. Akan tetapi, rata-rata karyawan hanya mampu menabung dana darurat sebesar Rp2.6 juta per tahun. Karyawan membutuhkan dana darurat untuk membiayai kebutuhan primer, termasuk kebutuhan sehari-hari dan medis.

Lebih lanjut, 79% dari karyawan ingin agar perusahaan memainkan peran besar dalam mendorong kesejahteraan finansial para pekerja. Akan tetapi, hanya 27% perusahaan merasa bahwa kesejahteraan finansial karyawan adalah tanggung jawab perusahaan.

Riset turut menjabarkan bahwa kesejahteraan finansial karyawan berpengaruh pada produktivitas kerja. Stres finansial akan mengaburkan konsentrasi kerja para karyawan, sehingga produktivitas mereka pun melandai.

Dengan demikian, perusahaan yang menyediakan program kesejahteraan finansial akan memacu produktivitas karyawan, selain memperkuat retensi karyawan. Selain itu, kehadiran program tersebut akan menjadi daya tarik bagi calon karyawan untuk bergabung ke perusahaan yang kini menghadapi perang talenta.

“Riset ini menyimpulkan bahwa perusahaan selayaknya berinvestasi di kesejahteraan finansial karyawan agar bisa memacu retensi dan produktivitas karyawan, dua faktor penentu bagi performa bisnis,” ujar Jansen.

 

HENNI SOELAEMAN

Exit mobile version