youngster.id - Omdia memperkirakan bahwa pasar chipset AI robotik akan mencapai US$866 juta di seluruh dunia pada tahun 2028, sehingga membantu kebangkitan GenAI di bidang robotik.
Hal itu dimungkinkan sejak demokratisasi Machine Learning (ML) dalam hal robotik, beban kerja yang didukung ML menjadi sangat beragam. Seiring berkembangnya teknologi AI generatif (GenAI), model-model dasar siap menggantikan atau meningkatkan model ML dan model pembelajaran mendalam yang ada, sehingga menciptakan robot yang lebih mumpuni dan tangguh.
Sejak Google mendemonstrasikan RT-1, sebuah transformator untuk aplikasi robotik, pada tahun 2022 banyak pelaku berupaya keras mendemokratisasi penerapan GenAI pada robot. Selain Google, perusahaan seperti Meta, OpenAI, dan Toyota sedang menguji coba atau menguji banyak sekali model dasar dalam aplikasi robotik mereka. Vendor robot layanan asal Tiongkok, misalnya CloudMinds dan OrionStar, telah mengembangkan model-model dasar sendiri dan berencana mengintegrasikannya dengan sistem perangkat lunak milik klien.
Namun, GenAI membutuhkan banyak sumber daya. Di sebagian besar industri, penerapan GenAI terjadi di komputasi awan karena model-modelnya memerlukan cluster Graphics Processing Unit (GPU) yang besar untuk pelatihan dan inferensi. Sebaliknya, robot lebih menyukai pemrosesan lokal, sering terlibat dalam misi dan aplikasi penting bagi bisnis yang memprioritaskan kontrol di waktu nyata dan respons latensi sangat rendah.
“Meskipun GPU dari NVIDIA tetap menjadi arsitektur chipset AI pilihan untuk infrastruktur komputasi awan dan robot, vendor non GPU seperti Qualcomm, Intel, dan AMD telah meluncurkan AI system-on-chip (SoCs) atau chipset AI khusus yang ditargetkan untuk aplikasi robotik pada perangkat, misalnya Machine Vision, navigasi dan pemetaan, serta keamanan fungsional,” kata Lian Jye Su, Chief Analyst Applied Intelligence di Omdia, Selasa (5/3/2024).
Perkembangan menarik lainnya karena demokratisasi GenAI adalah lonjakan popularitas robot berwujud manusia. Sebagai jenis robot yang paling mirip bentuk manusia, tidak heran bila banyak pakar robot teknologi yakin bahwa mengintegrasikan GenAI mirip manusia dengan robot berwujud manusia adalah sangat sesuai. Selama gelombang ini, perusahaan seperti Agility Robotics, Boston Dynamics, Figure, Fourier Intelligence, Tesla, dan UBTech telah meluncurkan berbagai robot berwujud manusia untuk sektor industri dan jasa.
Namun, teknologi ini masih dalam tahap awal dan tidak mungkin menerapkannya dalam skala besar selama lima tahun ke depan. Automated Guided Vehicle (AGV) dan Autonomous Mobile Robot (AMR) tetap menjadi faktor bentuk yang lebih matang untuk pemberdayaan GenAI.
“Daripada berfokus pada promosi sensasional, industri harus berkonsentrasi untuk mendapatkan data dan landasan teknologi yang tepat. Bagi vendor robotik, mereka perlu memperluas kemampuan GenAI berdaya rendah pada robot melalui berbagai teknik pengoptimalan model, menekankan kontrol dan kinerja di waktu nyata, dan menerima konvergensi komputer dan konektivitas. Untuk pengguna robotik, pengembangan model GenAI khusus domain dan pengawasan ketat terhadap etika, keamanan, keselamatan, dan kinerja akan sangat membantu mendemokratisasi penggunaan robot berkemampuan GenAI,” tutup Su.
STEVY WIDIA
Discussion about this post