youngster.id - Kementrian Pariwisata (Kemenpar) gencar mensosialisasikan marketplace Indonesia Travel Xchange (ITX) ke pelaku usaha di daerah. Salah satunya, aksi sosialisasi dilakukan ke 110 pelaku industri pariwisata Palembang dan Sumatera Selatan, agar bisa go digital dalam platform ITX marketplace.
“Kami dorong semua industri pariwisata di Sumsel untuk segera bergabung ke Indonesia Travel Xchange. Kali ini saya paksakan, harus jalan! Harus go digital, kalau tidak, kita akan tertinggal dengan daerah lain dan negara lain. Atau bahkan, kue bisnis di sektor ini akan direbut dan dinikmati oleh orang lain bahkan bisa jadi Negara lain!” kata Irene Camelyn Sinaga Kadisbudpar Sumsel yang dilansir laman Kemenpar baru-baru ini
Mengutip data dari TripAdvisor 2016, saat ini 63% travellers di seluruh dunia melakukan search, atau look, lalu booking dan payment secara online. “Kalau kita tidak berubah, maka orang lain yang akan masuk. Trend angka 63% itu akan terus bertumbuh,” ujar Irene.
Data lain, sebanyak 50% dari penjualan online travel agent (OTA) menggunakan lebih dari satu device. Bisa dengan smartphone, bisa juga dengan personal computer. Lalu, 200 orang lebih per menit, para travellers meng-upload pengalaman atau testimony mereka setelah berwisata menggunakan fasilitas yang mereka “beli.
”Mereka bisa langsung interaktif, jika bagus berkomentar oke, jika buruk layanannya pun langsung dapat impact-nya. Dengan cara digital ini, services menjadi nomor satu,” jelas Irene.
Stafsus Menpar BIdang IT Samsriyono Nugroho menyebutkan 49% tour operators itu terjun bebas. Ada 24 tour operator raksasa di dunia, juga hancur, anjlok dan bahkan bankrupted.
“Iya, Bangkrut. Tahun 2011-2014 mereka jatuh bangkrut, termasuk Thomas Cook, salah satu tour operator terbesar di Eropa. Penyebabnya? Orang sudah berubah, bertransaksi secara digital dan online,” jelas Sam.
Diungkapkannya, customers sudah berubah. Mereka lebih menggunakan digital, mobile, personal dan interactive. Dalam tourism, search and share 70% menggunakan online media. Karena itu, digital media memiliki efektivitas 4 kali dibandingkan dengan konvensional media.
Ketua Probis Indonesia Travel Xchange (ITX) Claudia Ingkiriwang menjelaskan ITX hanyalah mesin, atau platform yang akan mempertemukan buyers dan sellers secara online. Semua proses, dari searching, booking, payment, akan dibuat online, dan peserta yang registrasi untuk bergabung dengan ITX, tidak dipungut biaya.
Mereka hanya membayar success fee sebesar 2,5% dari transaksi yang berhasil melalui online yang disupport oleh ITX. Angka itu sangat kecil jika dibandingkan dengan perusahan OTA lain yang men-charge lebih besar.
Sebelumnya, Kemenpar sudah melakukan sosialisasi kehadiran ITX i Batam Kepri, Magelang Joglosemar, Medan Sumut, Banda Aceh NAD, Jakarta, Denpasar Bali, Lombok NTB, Labuan Bajo NTT, Surabaya, Banyuwangi dan Palembang.
Hingga kini, sudah sekitar 6000-an pelaku industri pariwisata bergabung di ITX marketplace walau belum dilaunching secara komersial. Menurut Claudia, ITX memberikan channeling bagi sellers di Indonesia, atau industri Pariwisata di tanah air, untuk bisa dijual juga melalui para OTA. Mereka bisa juga menjadi buyers buat industri ke level global, agar produk-produk pariwisata Indonesia connect dengan pasar dunia.
“Itulah kekuatan ITX. Kami ingin mendigitalkan perusahaan di tanah air, yang selama ini lebih banyak yang masih bermain manual,” pungkasnya.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post