youngster.id - Memasuki bulan keempat di tahun 2020, iklim bisnis tanah air sedang lesu, pasalnya pandemi COVID-19 yang sedang merebak membuat aktivitas usaha mengendur. Sejumlah sektor usaha yang terkena dampak ini adalah industri manufaktur, industri retail, wisata, perhotelan, penerbangan, dan lainnya.
Banyak perusahaan memberlakukan peraturan work from home agar dapat menghindari penularan virus COVID-19. Jeremy Limman selaku CEO Paper.id berpendapat bahwa, wabah COVID-19 ini tidak hanya akan berdampak pada masyarakat dan kaum kesehatan. Semua bisnis di berbagai sektor, besar maupun kecil, akan menerima dampak secara langsung dan tidak langsung. Bagi perusahaan besar atau yang sedang di atas angin saat wabah ini pun harus siap untuk menunjukkan sikap altruisme dalam membantu rekan bisnis mereka untuk mencegah krisis sistemik.
“Tentu semua bisnis sudah harus menyiapkan rencana kontingensi dalam menghadapi krisis pandemi masa depan dari segi digitalisasi proses bisnis, merencanakan cash flow yang lebih kuat dan memperkuat rantai pasokan,” kata Jeremy dalam keterangannya, Jumat (17/4/2020).
Menurut dia, bukan tidak mungkin akan terjadi perubahan pola kebiasaan di masa depan dimana, hal ini mempengaruhi banyak aspek seperti dunia usaha. Hal ini bisa menjadi sebuah fenomena yang mendorong munculnya pola kerja baru dengan berpusat pada software atau artificial intelligence sebagai dampak dari perubahan zaman.
Perubahan yang terjadi memberikan efek yang besar terhadap konsumen dan produsen. Dampak-dampak tersebut tampak dari kebiasaan sehari-hari, di tempat kerja, dan penggunaan teknologi yang meningkat.
Sebelumnya Dea Surjadi selaku Head of Indonesia dari Golden Gate Ventures mengatakan, krisis ini sayangnya tidak akan berakhir dalam waktu yang cepat. Startup harus benar-benar memonitor kondisi keuangan/cash flow nya agar tetap bisa bertahan melalui masa krisis ini.
“Belum ada yang bisa menebak kapan tingkat konsumsi masyarakat dan perekonomian bisa bangkit kembali, jadi berbagai upaya untuk cost dan budget-control perlu dilakukan secara efektif, sebisanya hingga akhir tahun ini. Namun di satu sisi juga penting untuk bisa beradaptasi, mencari kesempatan apa yang bisa diraih di masa perubahan ini. Misal dengan produk berbeda yang bisa ditawarkan ataupun cara menawarkannya,” katanya.
Di sisi lain,para pengusaha di bidang food and beverage melihat hal ini sebagai pilihan alternatif untuk mendapatkan omzet. Mereka menjual produk mereka secara online serta membuat promopromo menarik yang diumbar lewat sosial media.
Selepas wabah COVID-19 berakhir, dunia akan merasakan perubahan yang besar dalam berbagai macam aspek, terutama bisnis. Penerapan teknologi digital dirasa menjadi sebuah hal yang hukumnya wajib untuk dilakukan.
FAHRUL ANWAR