youngster.id - Perkembangan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) diproyeksi akan menjadi pengubah permainan (game-changer) dalam berbagai sektor bisnis berbasis teknologi. Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan perkembangan ini, mengingat tingkat adopsi AI yang tergolong tinggi di kawasan Asia Tenggara.
Menurut laporan McKinsey Global Institute (2023), AI diproyeksikan berkontribusi hingga US$ 13 triliun terhadap ekonomi global pada 2030, setara dengan kenaikan rata-rata Produk Domestik Bruto (PDB) global sebesar 1,2% per tahun. Sementara itu, PwC memperkirakan dampak AI bahkan bisa mencapai US$ 15,7 triliun pada tahun yang sama.
Dampak dari AI ini membuka banyak peluang di Indonesia. Sebagai perusahaan teknologi, NVIDIA menilai pemanfaatan AI akan membawa perubahan signifikan di berbagai sektor industri kreatif seperti game,film dan konten creator.
Consumer Business Lead NVIDIA Indonesia Adrian Lesmono mengatakan, kehadiran AI akan membawa game changer di berbagai sektor industri, termasuk bidang kreatif. Bahkan teknologi AI yang berkembang cepat dapat menjadi fondasi kedaulatan digital.
“Manfaat AI sangat besar dan menjadi fondasi kedaulatan digital, karena selain cepat, aman juga mandiri. Pengguna punya control penuh atas data, efisiensi dan akselerasi digital. AI juga dapat mengurangi kesenjangan digital dan mendorong inovasi di sektor-sektor vital seperti pertanian, kesehatan, dan Pendidikan,” katanya pada Kamis (3/7/2025) di Jakarta.
NVIDIA Indonesia tengah memperkenalkan kartu grafis GeForce RTX 50 Series dan laptop GeForce RTX 50 series yang ditenagai arsitektur Blackwell. Arsitektur Blackwell yang disematkan NVIDIA ini memungkinkan membuat pemrosesan visual dan kecerdasan buatan (AI) dijalankan dengan lebih cepat dan efisien. Performa AI di GPU ini diklaim mencapai 412 triliun operasi per detik (TOPS).
Adrian menegaskan, teknologi ini menandai babak baru dalam evolusi grafis computer berbasis AI. Perangkat ini sangat mendukung aktivitas para gamer, pengembang dan kreator konten.
“NVIDIA menyediakan infrastruktur yang memungkinkan para pengguna dan pengembang memanfaatkan keajaiban generative AI untuk seluruh industri,” katanya.
Di sisi lain, Content Creator and Corporate AI Consultant Anjas Maradita mengakui pembuatan website dan konten profesional sudah lebih mudah berkat AI.
“Dengan teknologi AI kreator konten dan para pengembang dapat dengan mudah merancang dan membuat konten ataupun aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan,” ucapnya.
Anjas menyebut teknologi AI seperti Nvidia Broadcast, Studio Voice, ChatRTX, dan AI Assistant menjadi alat untuk melakukan berbagai pekerjaan kreatif. Namun dia menegaskan, semua itu tetap membutuhkan kemampuan manusia untuk memberikan instruksi yang tepat kepada sistem.
“AI bisa membantu, tapi tidak akan memberikan hasil yang maksimal jika tidak kita instruksikan dengan benar. Sebagai educator, penting untuk memahami bagaimana mindset dalam penggunaan AI agar penyampaian konten jadi lebih menarik dan profesional,” katanya.
Hal senada juga diungkapkan Upie Guava, sutradara sekaligus founder DossGuava XR Studio. “Persaingan sudah bukan soal teknik tetapi gagasan apa yang bisa ditunjang dengan perkembangan teknologi AI ini,” katanya.
Upie sudah memanfaat teknologi berupa XR (Extended Reality) dalam menggarap film sci-fi berjudul Pelangi Di Mars.
“Kami meninggalkan teknologi greenscreen dan beralih ke in-camera visual effects dan mengadaptasi teknologi extended reality dalam rangka mewujudkan imajinasi kami. Ini memampukan kami untuk mengendalikan berbagai situasi dan mempercepat proses syuting,” tambahnya.
Nvidia GeForce RTX 5050 sudah tersedia di pasaran melalui sejumlah merek board besar, dari Asus, Colorful, Gigabyte, MSI, Zotac, dan sebagainya. Soal harga, mengutip dari GSMArena, RTX 5050 dibanderol USD249 atau setara Rp4 jutaan.
Nvidia juga akan merilis RTX 5050 versi mobile yang disematkan pada laptop gaming dengan harga mulai USD999 atau sekitar Rp16,3 jutaan.
STEVY WIDIA
Discussion about this post