youngster.id - Jumlah pendanaan startup tahun ini dinilai lebih lambat dibandingkan tahun lalu. Hal itu diduga karena kurangnya ide-ide dari pelaku bisnis pemula yang original. Sejumlah pemodal ventura mengaku masih menunggu perkembangan startup di Indonesia.
“Tantangan industri startup adalah mencari talent atau bakat. Talent yang ada diambil perusahaan-perusahaan besar. Tetapi, saya tetap bullish terhadap pertumbuhan industri startup karena populasi Indonesia yang besar, pertumbuhan penetrasi internet yang pesat dan e-commerce kita masih 2% dari ritel. Jadi masih banyak peluang selama masih ada inefisiensi,” kata Willson Cuaca, managing partner East Ventures dalam ajang Tech In Asia 2017 di Jakarta belum lama ini.
Untuk 2018, dia belum bisa memprediksi apakah pendanaan akan naik atau turun. “Kita akan responsif saja,” ujar Wilson.
Sementara Pieter Kemps, principal Sequoia Capital, juga bullish mengenai pertumbuhan startup lokal tetapi perkembangan teknologi masih menjadi tantangan. “Kualitas engineering di India dan Tiongkok sudah selevel dengan AS, tetapi di Indonesia masih tertinggal. Kami bullish tetapi kami ingin Indonesia belajar lebih cepat,” ucapnya.
Grace Yun Xia, principal Jungle Ventures, mengatakan startup Indonesia masih di tahap awal kewirausahawan.”Banyak starter yang belum tersentuh. Yang kami cari adalah pendiri startup yang memiliki pemikiran independen dan memiliki pandangan unik terhadap pasar”.
Menurut riset Euromonitor, nilai transaksi ritel internet di Indonesia akan naik lebih dari dua kali lipat ke US$ 6,2 miliar pda 2021. Sementara, pemerintah Indonesia menargetkan nilai transaksi e-commerce mencapai US$ 130 miliar pada 2020, dari estimasi US$ 12 miliar di 2014.
STEVY WIDIA