youngster.id - Saat ini, Ransomware dianggap sebagai ancaman keamanan paling penetratif dan membawa risiko terhadap keamanan nasional maupun global yang berimbas pada stabilitas ekonomi dan keamanan publik. Taktik kejahatan juga makin mengkhawatirkan.
Komplotan kejahatan di balik serangan ransomware mendompleng berita-berita mengenai pandemi COVID-19 di sepanjang tahun 2020 lalu. Mereka menyasar lembaga-lembaga layanan kesehatan dan sektor-sektor penting lainnya seperti sekolah-sekolah, lembaga pemerintahan, rumah sakit, pabrik manufaktur, hingga infrastruktur-infrastruktur krusial, seperti sistem jalur perpipaan.
Sebagai bagian dari upaya untuk turut mengatasi serangan ransomware yang kian meningkat dari hari ke hari, Palo Alto Networks bergabung dalam koalisi bersama yang merupakan gabungan lebih dari 60 lembaga terdepan di industri, akademisi, masyarakat sipil, serta pemerintah, bernama Ransomware Task Force (RTF).
Vice President of Public Sector Palo Alto Networks John Davis mengatakan, pihaknya mengambil peran strategis di bagian solusi teknologi, pengembangan produk, serta layanan yang dapat mendukung dalam upaya menggagalkan serangan-serangan ransomware.
“Teknologi keamanan yang ada maupun yang tengah naik daun punya peran penting dalam membantu mengatasi krisis ransomware yang terjadi saat ini,” kata John dalam keterangan pers, Senin (14/6/2021).
John duduk sebagai salah satu pimpinan kolegial dalam kelompok kerja koalisi. Mereka merilis laporan Combating Ramsomware disertai dengan rekomendasi-rekomendasi lengkap dan praktis dalam upaya mengatasi ancaman ransomware.
Sejumlah perwakilan dari Palo Alto Networks juga duduk di beberapa kelompok kerja di RTF yang fokus dalam mengembangkan kerangka kerja, seperti Adrian McCabe di kelompok kerja Disrupt dan Sam Rubin di kelompok kerja Respond. John Davis dan Sean Morgan mewakili Palo Alto Networks di kelompok kerja Prepare.
Data dari tim Palo Alto Networks Unit 42 threat intelligence menggambarkan melonjaknya biaya tebusan yang timbul dari serangan ransomware. Jumlah uang tebusan rata-rata dalam setiap serangan meningkat lebih dari dua kali lipat dari tahun lalu ke angka $312.493. Di tahun 2021 ini saja, jumlah uang yang dibayarkan rata-rata meningkat hingga hampir tiga kali lipat, yakni rata-rata sebesar $850.000. Uang tebusan paling tinggi yang diminta, menurut tim Unit 42 incident response Palo Alto Networks di tahun ini mencapai $50 juta, meningkat dari angka di tahun 2020 lalu yang sebesar $30 juta.
STEVY WIDIA
Discussion about this post