youngster.id - Para pelaku usaha e-commerce Indonesia diajak untuk ikut melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia(BEI). Langkah ini telah dilakukan PT Kioson Komersial Indonesia Tbk sebagai perusahaan e-commerce online-to-offline (O2O).
Direktur Utama Kioson, Jasin Halim mengatakan, dengan melantai di bursa maka pengusaha e-commerce dapat mencari sumber pendanaan lainnya. Apalagi selama ini e-commerce baru mendapat pendanaan dari modal ventura atau investasi pihak lain.
“Kioson menjadi pertama IPO terobosan bahwa startup tidak harus pakai venture capital. Ini juga memberikan insprirasi startup lain buka pandangan IPO jadi alternatif sekarang terutama dari Bursa kasih kesempatan,” ucap Jasin Kamis (7/9/2017) di Gedung BEI, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta.
PT Kioson Komersial Indonesia Tbk sebagai perusahaan e-commerce online-to-offline (O2O) akan melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) pada 3 Oktober. Langkah IPO selajan dengan strategi melaksanakan misi menjadi jembatan antara underserved market dengan teknologi digital.
“Dengan performa perusahaan, kebutuhan masyarakat yang masih sangat besar dan belum sepenuhnya terpenuhi, serta manajemen yang berpengalaman puluhan tahun di industri retail, kami yakin IPO Kioson ini dapat menjadi pilihan investasi yang tepat bagi para investor,” kata Jasin lagi.
Selanjutnya ia memaparkan, sekitar 75,76% dana hasil IPO akan digunakan Kioson untuk mengakuisisi PT Narindo Solusi Komunikasi (Narindo). Langkah ini bertujuan untuk memperkuat struktur dan menambah portofolio Perseroan, yang pada akhimya akan memberikan kontribusi positif kepada kinerja keuangan Kioson.
Sebelum memutuskan untuk IPO, Kioson telah melakukan roadshow untuk menarik minat investor terutama dari luar negeri. Sayangnya minat dari investor di Hongkong maupun Singapura tersebut menginginkan saham mayoritas sehingga Kioson belum siap.
“Kami belum siap melepaskan itu dan merasa produk yang berhubungan dengan UMKM seharusnya dimiliki oleh nasional, tidak bisa dilepaskan. Karena kita merasa itu jaringan ritel ke daerah, itu sangat strategis. Saya pikir itu harus kita keep di Indonesia,” katanya.
Hingga April 2017, Kioson telah memiliki lebih dari 15 ribu mitra kios yang tersebar di 384 kota di Indonesia, dengan mayoritas berada di kota lapis kedua. Perseroan menargetkan peningkatan mitra kios mencapai 100 persen pada akhir 2017.
Beragam produk dan layanan tersedia di aplikasi Kioson fokus pada tiga kategori, yakni layanan digital dan Payment Point Online Bank (PPOB), layanan Keuangan, serta layanan e-commerce. Kioson juga bermitra dengan perusahaan terkemuka antara lain perusahaan gadget; perbankan, asuransi, dan e-commerce.
Secara kinerja, berdasarkan laporan keuangan per 30 April 2017, omzet Kioson sudah mencapai Rp25,9 miliar. Dengan total aset mencapai Rp44,77 miliar atau naik sebesar 25,29 persen jika dibandingkan dengan aset per 31 Desember 2016.
Adapun bagi startup yang akan melakukan IPO, Jasin menyarankan, jika mereka harus memiliki strategis khusus seperti mengakuisisi perusahaan lain. Dengan akusisi, perusahaan bisa mencatatkan profit yang lebih baik dibandingkan dengan berusaha meraih pendanaan sendiri.
“Banyak start up Indonesia belum berani go public. Kami lihat start up di luar negeri, Facebook berhasil, Alibaba bisa. Kami strateginya dengan akuisisi perusahaan establish kami harap 2018 pendapatan Rp2 triliun jadi signifikan,” pungkasnya.
STEVY WIDIA
Discussion about this post